A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: Function create_function() is deprecated

Filename: controllers/Post.php

Line Number: 84

Backtrace:

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 84
Function: _error_handler

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 22
Function: autop

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/index.php
Line: 315
Function: require_once

FOTO


10 Sisi Lain Australia yang Belum Diketahui Orang Banyak [Smartphonography]

Makmur Dimila — 6 August 2015

Kamera DSLR tidak pernah lagi menenami perjalanan saya semenjak Maret lalu. Saya punya satu smartphone baru dengan kapasitas resolusi gambar maksimal 13 mega picture elemen (pixel). Kualitas yang mungkin setara dengan hasil tangkapan lensa kamera poket.

Saya pun mulai mencoba mempelajari smartphonography. Sebuah aliran untuk pehobi (pekerja) fotografi yang instan. Abadikan momen hanya dengan sebuah smartphone di tangan. Ketika ke Australia pada Mei – Juni lalu, saya pun tidak khawatir kalau kelak pulang dengan foto-foto atau video yang abal-abal. Di sana, saya malah merasa lebih nyaman arahkan lensa pada objek-objek yang barangkali tidak terlihat pemegang lensa DSLR.

Berikut adalah 10 momen smartphonography saya di Aussie beserta cerita di balik lensa.

 

1. Peraturan berwisata yang jelas

Siluet yacht berjejer panjang menjulang di Dermaga Saint Kilda. Seramai pengunjung objek wisata bahari terdekat dengan Kota Melbourne itu. Saya datang ke sana menjelang senja. Hari Minggu. Sebelum ke dermaga, lebih dulu saya nikmati Pantai Saint Kilda, yang membatasi Teluk Philip dengan pinggir kota. Di satu sudut, saya melihat semacam papan pengumuman tentang hal-hal yang harus diketahui mengenai teluk: Dilarang nyemplung karena perairannya dangkal, tidak boleh menggunakan boat (sampan), jangan menyelam, dilarang melompat, dan sangat tidak dianjurkan untuk berenang. Pantas, saya cuma menyaksikan orang-orang yang berjalan kaki, foto ria, bergurau, hingga menaiki kendaraan St. Kilda Rickshaws taxies & tour. Artikel terkait: 5 hal romantis yang bisa kamu lakukan saat senja di pantai saint kilda melbourne      

2. Perjuangan orang aborigin menempuh pendidikan

 

:: Aboriginal :: Yalmambirra, an Aboriginal who has been spent his life on keeping the environmental in his country. He was born as a Wiradjuri clan 64 years ago. Wiradjuri is the largest indigenous group in Australia. I was impressed when he told us yesterday, there were 5 Wiradjuri people in Parliament of Australia. --- Yalmambirra, seorang Aboriginal--penduduk asli Australia--yang menghabiskan hari-harinya untuk menjaga lingkungan di daerahnya. Dia lahir sebagai seorang Wiradjuri 64 tahun lalu. Wiradjuri merupakan kelompok pribumi terbesar di Australia. Saya terkesan ketika kemarin dia ceritakan kepada kami bahwa ada 5 orang Wiradjuri mendapat kursi di Parlemen Australia. Credit photo: @agustabunai @your.shot @instagram #yourshot #aboriginal #wiradjuri #insta_travel #instagallery #instagram #visitaustralia #journey #indegenous #travelstory #pribumi #sukuasli A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Suatu siang kami bertemu seorang aborigin, Yalmambirra. Ia dari suku Wiradjuri. Kami berdiskusi dengannya di halaman belakang Charles Sturt University, kampus yang fokus pada pendidikan lingkungan hidup berlokasi di Albury, Negara Bagian New South Wales. Di situ pula dia mengajar.

Penampilannya sederhana. Tapi prestasinya luar biasa. Ia mendapat gelar kehormatan atas kontribusinya di bidang lingkungan. Dia salah satu dari sekian banyak orang aborigin di Aussie yang berjuang untuk mengangkat derajat penduduk asli (indigenous people).  Dari dia saya tahu bahwa Australia memiliki 500 suku, 250 bahasa, dan 80 dialeg. Namun hanya sebagian yang masih eksis, Wiradjuri adalah yang terbesar. Dia merasa bangga terlahir sebagai aborigin.

“Tidak masalah apa warna kulit saya. Saya lahir sebagai Wiradjuri, jadi saya adalah seorang Wiradjuri.”

Sukunya itu sangat melestarikan kearifan lokal. Mereka pun mewariskannya kepada generasi muda di samping menganjurkan belajar bahasa Inggris. “Dengan cara, orang-orang Wiradjuri membaca buku yang ditulis oleh orang Wiradjuri itu sendiri,” sebutnya.

Cerita-cerita Yalmambirra itu membuat saya ingin berpose dengannya. Di bawah langit biru cerah. Dengan modal smartphone, saya minta bantu seorang kawan untuk membingkai kami dalam lensa.

 

3. Keluar dari Rumah Kotak Pantai Brighton

:: Out of The Box :: In Brighton Beach, Bayside, Victoria, Australia, I visited today, there're plenty of colourful Bathing Boxes. But all of them (90 bathing boxes) locked. No one to rent them. I came in winter, the time which is tourist don't dare to spend night in the beach. So that I should be thinking how to enjoy the silent moment with 'out of the box' way. Thankfully, then a woman was fly out from a bathing box, as you may see in this picture. ------------ Di Pantai Brighton, Bayside, Victoria, Australia, yang saya kunjungi hari ini, banyak Rumah Kotak warna-warni. Tapi semuanya (berjumlah 90) tergembok. Tidak ada yang menyewanya. Saya datang pada musim dingin, waktu para wisatawan tidak berani bermalam di pantai. Maka itu saya harus berpikir bagaimana menikmati momen sepi itu dengan cara 'keluar dari kotak'. Untungnya, seorang perempuan kemudian terbang dari rumah kotak itu, seperti yang kamu lihat dalam gambar ini. :D @your.shot @instagram @beautifuldestinations @instagallery_indonesia #yourshot #beach #beautifuldestinations #instagram #travel #bathing_boxes #brighton #Victoria #aussie #colourful #insta_travel #silent #out #outofthebox #visitmelbourne

A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Pantai ini berada di urutan pertama daftar tujuan pelesiran saya begitu tahu akan ke Melbourne. Pantai Brighton. Kamar ganti yang lebih tampak sebagai rumah-rumah kotak warna-warni itu memanjakan mata. Hampir semua pengunjung menempatkan bathbox itu sebagai latar foto. Saya pun tertarik. Teknik foto panorama menjadi pilihan saya untuk mendapatkan gambar 90 bathbox berjejer sepanjang hampir 200 meter. Artikel terkait: 1 jam di Pantai Brighton Australia Saat Musim Dingin  Ingin juga saya memotret seakan-akan ada orang yang terbang keluar dari rumah kotak itu. Sebab saya tak tahu kapan pengusaha pemilik rumah-rumah itu datang sehingga kita bisa sewa dan berakting di dalamnya. Maka, teman perjalanan adalah aktornya. Sebelum si kawan melompat dari teras rumah, saya sudah siap dengan mode “time catch shot”. Cukup sekali jepret, saya mendapatkan beberapa lembar frame, lalu simpan yang terbaik saja.      

4. Kota tujuan pencari suaka, Dandenong City

 

:: Recharge :: My Solomonese mate 'recharges' his energy on a big Australian power socket at the wall of a building in Dandenong City, Victoria. A quarter of asylum seekers in Melbourne was end up in this city. So that about 60 percent of 145,000 Dandenong's populations are imigrants as we saw when walked around in the city centre. Mostly South Asian and African people. Even there was a place named Little India where I photographed my Solomonese friend. Namaste... ------ Teman Pulau Solomon saya 'mengisi ulang' tenaganya di colokan listrik besar pada dinding sebuah bangunan di Kota Dandenong, Victoria. Seperempat dari pencari suaka ke Melbourne berakhir di kota ini. Sekitar 60 persen dari 145 ribu populasi Dandenong adalah para imigran seperti kami lihat saat jalan2 sekitar pusat kota. Kebanyakan orang Asia Selatan dan Afrika. Bahkan ada satu tempat yang dinamai Mini India lokasi saya memotret si kawan. @your.shot @beautifuldestinations @instagram @instagallery @aviaryphoto @visitvictoria #yourshot #beautifuldestinations #instagram #aviaryphoto #safariku #phinemo #visitvictoria #journey #dandenong #littleindia #Namaste #roadtrip #asylumdestinations A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Negeri Kangguru menjadi salah satu negara tujuan pencari suaka di dunia semenjak abad 19. Termasuk asal Indonesia. Di Kota Dandenong, 30 km dari Melbourne, saya melihat banyak wajah imigran, berkulit hitam maupun putih.

Dandenong dikenal paling ramah pencari suaka dari sejumlah kota di Victoria. Lebih dari setengah populasi kota ini adalah para pendatang. Saat telusuri sudut kota di kawasan Little India, saya lihat colokan listrik (power socket) besar menempel di dinding sebuah gedung. Kawan saya megisi ulang tenaganya di sana.

Seakan-akan sebuah parodi terhadap keinginan para pencari kesejahteraan di Australia.

 

5. Sangat banyak rumah makan asal benua kuning di Melbourne

Melbourne ramah dengan lidah Asia. Saya hanya perlu kegigihan untuk mencari restoran Melayu di minggu pertama. Berikutnya saya temukan warung Indonesia, Malaysia, Singapura, di sudut-sudut kota. Pun dengan menu Asia, Eropa, hingga Timur Tengah yang mudah ditemui untuk membuat betah orang-orang dari benua tersebut. Bahkan saya pernah menemukan di salah satu blok ada tiga rumah makan Melayu. Malaysia dengan khas ayam goreng dan teh tarik, Indonesia khas padang, atau Malaysia dengan khas Tofu Bakar. Saya pilih yang terakhir di Chai Restaurant. Tahu bakarnya gurih dan enak, dicampur nasi dan risol, menjadi objek bidikan lensa saya malam itu.      

6. Kecantikan Melbourne dari ketinggian lantai 88

 

:: My Melbourne's Last Night: : Spending the last night in Melbourne on the top of Eureka Skydeck 88 Tower. I was get in this tower alone, to enjoy my sadness. On the top, I imagined that how beautifull all day I had spent 5 weeks and I don't want to say good bye, as well as how beautifull The Flinders Railway Station looks from the roof of Melbourne and I don't want to go down. Thank you to "all of you who have had brought me here". ---------------- Menghabiskan malam terakhir di Melbourne di puncak Menara Eureka Skydeck 88. Saya masuk menara ini sendirian, untuk menikmati kesedihan. Di puncak, saya membayangkan hari-hari yang indah yang telah 5 minggu saya jalani dan saya tak ingin mengucapkan selamat berpisah, sebagaimana cantiknya kelihatan Stasiun Kereta Api Flinders dari atap Melbourne dan saya tak ingin turun. Terima kasih kepada "kalian semua yang telah membawa saya kemari." @your.shot @beautifuldestinations @instagram @aviaryphoto @visitvictoria @eurekaskydeck #yourshot #beautifuldestinations #aviaryphoto #instagram #eureka #skydeck #flindersstation #eurekaskydeck #lighttrail #night #tower #goodbye #roof #lastnight #farewall #phinemo #safariku A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Hanya 5 detik menaiki lift, saya sudah tiba di puncak Menara Eureka Skydeck, di lantai 88. Ramai, banyak orang di sini, tapi hening. Pengunjung menikmati keindahan yang terpancar dari lampu-lampu bangunan Kota Melbourne.

Di setiap sudut ada teropong kecil untuk melihat suatu objek tertentu lebih dekat. Saya tertarik pada sinar kuning tua Flinders Railway Station dari jauh. Cahayanya memberikan refleksi pada bagian dalam view finder. Lubang lensa kamera smartphone saya tempelkan tepat di tengah-tengah view finder agar tidak goyang. Hingga menghasilkan foto refleksi di atas.

 

7. Cinta itu menguatkan, Victoria

:: A Couple :: I just watching what a couple of these bird were doing. I didn't know what they did (because they're the caricature) but it was longed me for someone who can be as "blue bird" one or another one. Haha. "More far I walked more big I got the longing." That was why I always within hope to travel around the world. Location: Journama, Talgarno, Victoria. -------------------- Saya hanya menonton apa yang sepasang burung ini lakukan. Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan (karena mereka patung) tapi itu cukup merindukan saya pada seseorang yang bisa saja sebagai "burung biru" atau yang satunya lagi. "Semakin jauh saya bepergian semakin besar kerinduan." Itu alasan mengapa saya selalu berharap bisa keliling dunia. Lokasi: Journama, Talgarno, Victoria. @your.shot @instagram @beautifuldestinations @aviaryphoto #yourshot #instagram #aviaryphoto #beautifuldestinations #bird #couple #journeys #caricature #visitaussie #birdwatching #longing #miss #around #reflection #phinemo #safariku

A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Patung sepasang burung menarik perhatian saya saat berkunjung ke rumah sepasang peternak sapi dan domba di Dataran Tinggi Talgarno, Victoria. Meski tak berkicau, burung itu penuh makna. Keduanya seperti melambangkan kesetiaan Julie dan Jim de Hennin dalam memperjuangkan cinta mereka sembari membangun bisnis peternakan semenjak mereka kawin 25 tahun lalu. Julie menyukai pekerjaannya karena dia mencintai binatang, dan begitupun cintanya pada suaminya yang selalu membantu dalam merawat bisnis di atas beratus hektar lahan peternakannya.      

8. Perjalanan lintas waktu di Souvereign Hill

 

:: Beat me :: Fondly, this two guardmans couldn't hurt the girl. Even she was laughing at them. This is one of some of the stunning attractions you may do in Sovereign Hill, at Ballarat Suburb, Victoria. It is an open-air museum and historical park wich situated the lives in the 19th century gold digging area. ------- Sayangnya, dua pengawal ini tak bisa melukai si perempuan. Dia malah menertawai mereka. Ini salah satu dari beberapa atraksi menarik yang bisa kamu lakukan di Soveren Hill, Kota Ballarat, Victoria. Sebuah musem terbuka dan taman sejarah yang menggambarkan kehidupan di area penggalian emas abad 19. @your.shot @beautifuldestinations @instagram #yourshot #beautifuldestinations #instagram #visitvictoria #ballarat #sovereignhill #golden #guardmen #disability #stunning #attraction #phinemo #safariku A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Souvereign Hill, sebuah bukit di Kota Ballarat. Bekas penambangan emas abad 19 yang disulap jadi objek wisata favorit. Saya menempuh perjalanan 105 km dari Melbourne ke Ballarat.

Gubuk-gubuk tua dihuni pria tua, kereta kuda dinaiki pengunjung, perempuan berpakaian kembang kerubungi penambang emas, pemuda pengolah emas melayani pengunjung, seorang pria menunjukkan trik sulap, perempuan muda menjual cerutu, topi, lampu teplok, dan peralatan rumah tangga lainnya.

Ada satu yang menarik perhatian saya. Dua pria petugas keamanan berjubah hitam dan memegang pentungan. Kawan saya yang berkursi roda ingin berpose dengan mereka. Tanpa diminta, dua pelakon itu menampilkan gaya khas profesi mereka abad 19, ketika kehidupan di Souvereign Hill masih berdenyut oleh kegiatan penambangan emas. Dengan mode normal, saya cukup jepret sekali karena aksi mereka sangat bagus.

 

9. Menguak seluk beluk Aborigin di Galeri Seni Nasional Australia, Canberra

:: Moon of Aboriginal :: Sorry! This is not the truly moon. But a hole that I saw on the ceiling of The Aboriginal Memorial installation in National Gallery of Australia, Canberra. In this space, there are 200 hollow log coffins from Central Anherm Land. It has purpose to commemorates all of indigenous people who had lost their lives since 1788 within defending their land. Artphilein Foundation says, the hollow log coffins or the lorkon are central to final ceremony in a sequence of mortuary rituals celebrated by Arnherm Land people. The bones of deceased person filled to hollow log which painted with clan designs, and placed into the ground where person left to decay naturally. So, you might see the variety of lorkon if come into this arts gallery. --------------------- Maaf! Ini bukanlah bulan yang sesungguhnya. Melainkan lubang yang saya lihat di langit-langit instalasi Memori Orang Aborigin di Galeri Nasional Australia, di Canberra. Di ruangan ini ada 200 log kayu berlubang peninggalan Bangsa Arnherm. Bertujuan mengenang orang-orang pribumi yang kehilangan hidup sejak 1788 dalam mempertahankan tanah mereka. Yayasan Artphilein menyatakan, log kayu berlubang atau lorkon adalah tempat dilangsungkan seremoni terakhir dari ritual kematian orang Negeri Arnherm. Tulang-belulang orang meninggal diisi dalam log kayu yang telah dicat sesuai dengan corak warna suku, lalu ditempatkan di tanah yang pernah ditinggali almarhum untuk dibiarkan membusuk secara alami. Jadi, kamu akan melihat beragam jenis lorkon jika memasuki galeri seni ini. @natgeo @your.shot @instagram @aviaryphoto #natgeo #yourshot #instagram #aviaryphoto #travellingram #aboriginal #artphilein #arnherm #log #instaphoto #arts #artsgallery #indigenous #visitvictoria #mortuary #clan #ritual #bones #memory #design #phinemo #safariku

A photo posted by Makmur Dimila (@makmurdimila) on

Galeri Seni Nasional Australia di Canberra, menyambut saya dengan instalasi The Aboriginal Memorial. Di ruang itu, dipajang 200 log kayu berlubang dengan ragam motif aborigin. Log kayu itu berisi tulang-belulang mayat Bangsa Arnherm yang berjuang mempertahankan tanah mereka pada abad 18. Di langit-langit instalasi, saya lihat lampu dengan sinar yang bulat bertengger layaknya bulan purnama. Smartphone saya rapatkan di lantai berbatu di antara log-log kayu itu. Dengan kemiringan sudut hingga 330 derajat. Saya tak membidik, hanya mengira-ngira kalau lensa sudah tepat menyorot lampu di langit dan dibingkai ujung log. Setelah tiga kali mencoba, dapatlah hasil ‘bulan Aboriginal’ di atas.      

10. Bukang disilangkan, namun ditelungkupkan

 


Di atas piring masih ada sepotong nugget ikan dan daun selada merah. Tapi saya sudah kenyang. Garpu dan pisau saya silangkan. Tanda sudah cukup. Setelah beberapa menit, piring saya belum diambil pelayan. Seorang fasilitator saya bilang, “di Australia kalau sudah berhenti makan, kamu harus telungkupkan garpu, sendok, lalu satukan dengan pisau. Tidak disilangkan.” Baru saya mengerti.

Selain itu ada juga  cerita tentang sebuah alas piring berupa satu kertas HVS bergambar piring putih kosong bertuliskan ‘I like to eat...’ di sisinya. Saya lminta bantuan seorang kawan untuk berpura-pura sedang makan. Dia tampak seperti seorang yang tengah memotong menu yang tak terlihat, dengan garpu dan pisau tidak seperti saat seorang Australia sudah berhenti makan.

***
Pengalaman smartphonography di Australia memantapkan niat saya untuk tidak membeli kamera DSLR. Jika ada kamera yang siap sedia dalam genggaman, saya pikir, buat apa kamera besar jika hasil jepretannya kalah bagus dari kamera smartphone.[]

Bagikan artikel ini :