10 Tempat yang Harus Dikunjungi Saat Tur Darat Karimunjawa
Di penghujung 2014, saya bersama sepupu datang tanpa pengetahuan apapun mengenai Karimunjawa. Ketika itu yang kami tahu hanya: pulau-pulau dengan pantai pasir ptih dan bawah lautnya yang menawan.
Keterbatasan waktu cuti serta dana, lantaran perjalanan kami saat itu perjalanan nekat-nekatan, membuat kami harus pasrah pada kenyataan bahwa kami tak bisa mengikuti tur laut hingga selesai, hanya sampai setengah hari.
Kecewa? Tidak sama sekali.
Meski hanya setengah hari, saya rasa saya sudah mendapat cukup gambaran tentang laut Karimunjawa. Dan juga, kami tak terlalu kecewa karena kami jadi tahu bahwa daratan Karimunjawa pun menyimpan potensi wisata yang tak kalah dengan bawah lautnya!
Karena tur darat ini kami tak menggunakan jasa agen perjalanan, kami harus bertanya pada warga lokal serta pusat informasi di Karimunjawa mengenai tempat-tempat yang bisa kami datangi untuk tur darat. Oleh petugas di tempat informasi, kami diberi peta. Tapi kami mungkin tidak begitu pintar untuk mengerti. Pada akhirnya, kami hanya mengandalkan warga sekitar dan insting sebagai penunjuk jalan.
Untuk berkeliling kami menyewa motor salah seorang warga seharga Rp. 70.000, tetapi karena kami hanya setengah hari, ia memberikan kami harga Rp. 50.000.
Dan akhirnya dimulai, petualangan kami menjelajah daratan Karimun!
1. Menikmati sunrise di Pantai Nirwana
Kami beruntung hari itu. Seharusnya, untuk memasuki area resort selain tamu yang menginap, dikenakan biaya masuk sekitar Rp. 15.000. Tetapi hari itu tidak terlihat penjaga di pintu masuk sehingga kami bisa masuk dengan gratis.
Nirwana Resort, adalah salah satu dari sekian banyak resort di Karimunjawa. Masuk ke areanya, kamu akan disambut banyak kamboja putih, rumput teki yang tertata apik seta jalan setapak yang disusun bebatuan mengkilap. Yang paling menarik, resort ini menghadap pantai. Saya membayangkan pasti asyik bisa menginap di sini. Layaknya drama Korea favorit saya, Full House, berumah di tepi pantai.
Kami menyandar pada sebuah tempat berjemur yang terbuat dari kayu, sembari menatap langsung ujung pantai Nirwana. Berharap matahari pelan-pelan muncul dari dasar laut. Di samping kami, sebuah kelapa muda bekas, lengkap dengan sedotannya bertengger seksi di atas meja kayu. Kami berdua terkikik, pikiran kami sama: seandainya kelapa muda itu masih utuh dan memang disediakan untuk kami. Pasti segar sekali.
Pantai di Nirwana Resort berpasir putih, dilengkapi gazebo-gazebo. Dirancang sedemikian hingga mungkin dengan tujuan para tamu bisa puas bersantai menikmati pantai menunggu matahari terbit seperti yang kami lakukan. Berada sesaat di sini membuat kami merasakan aura sebagai turis koper.
2. Menikmati ketenangan di Pantai Ujung Loro
Dari Nirwana Resort, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Ujung Loro. Pantainya sempit dengan kanan kiri bebatuan. Di pantai ini disediakan ayunan yang diikatkan pada sebuah pohon. Menikmati pulau batu yang tampak menyembul sendirian di tengah laut sana sembari bergantian mainan ayunan menjadi aktivitas yang kami lakukan di pantai ini.
Di pantai ini pula kami bertemu kawan perjalanan, seorang turis asing bersama istrinya seorang perempuan asli Jawa Timur.
"Aku ingin berenang ke pulau itu!” teriak turis asing dalam bahasa Inggris lantas menuding ke arah sebuah pulau. Kami mengikuti arah tangannya menunjuk. Ternyata Pulau Batu yang ia maksud. Pulau Batu memang terlihat begitu dekat dari pantai ini. Kondisi air yang tenang seolah menyiratkan bahwa kita mungkin bisa bejalan kaki saja menuju ke sana.
3. Menapak jernihnya Pantai Nyamplung Ragas
Air laut disini sangat jernih dan mengambang di atas pasir putih. Lubang-lubang bekas jejak hewan laut yang mungkin memakainya sebagai rumah persembunyian, tampak di sana-sini. Hanya kami berempat saat itu yang menghuni pantai. Seolah kamilah pemilik pantai ini.
Pantai Nyamplung Ragas pantai yang luas dengan banyaknya pohon kelapa. Ketika kami di sini, banyak karung-karung goni berisi pasir yang seolah menyiratkan jalan setapak dari jalan utama menuju pantai ini baru akan diperbaiki.
Seekor burung -mungkin flamingo- terlihat asyik menjejak genangan air di pasir. Kakinya yang kurus dan panjang, berjalan menggoyangkan tubuhnya yang sedikit gembul. Sayang, peragaan ala pragawati fauna di atas karpet putih itu, hanya bisa kami nikmati sementara. Burung berparuh panjang itu akhirnya terbang ketika kami mendekat untuk mengambil fotonya.
4. Legon Lele
Kami sempat shock saat menuju tempat ini karena semakin mendekati area Legon Lele, jalan berubah menjadi batu-batuan. Pinggiran pantai pun tertutup rimbunnya mangrove. Sehingga tidak bisa langsung melihat ke dalam. Tidak seperti pantai sebelumnya. Kami harus melewati jalan diantara celah mangrove.
Pantai Legon Lele ini berpasir putih. Luas, dengan pemandangan hijau pepohonan mangrove di sekelilingnya.Memasuki pantai ini dicirikan dengan adanya sebuah kapal yang karam. Selain pantai, Di Legon Lele juga terdapat perkampungan, pemancingan, serta area untuk camping.
5. Mengunjungi Pantai Kemloko
Di Pantai Kemloko, pasirnya hitam kecokelatan. Terlihat pula beberapa mangrove yang telah mati. Beberapa perahu nelayan juga bersandar di sini. Kami hanya mampir mengambil gambar. Pemandangannya nampak tidak terawat, jadi kami memilih lanjut.
6. Bermain ayunan di Pantai Annora
Pantai Annora berdekatan dengan Pantai Kemloko Warna pasirnya kuning kecoklatan seperti bedak. Pantainya benar-benar luas. Tapi kurang mantap kalau untuk main air, karena banyak bebatuan di tempat ini, nyaris mendominasi pasir pantainya.
Ayunan kayu, ayunan ban, terlihat bertengger di atara kayu pohon di bibir pantai. Kalaupun tidak main air, sekedar bermain ayunan bisa lah dilakukan di sini. Warung-warungpun ada beberapa. Tak perlu susah lagi kalau sekadar mencari air minum.
7. Treking Seru di Hutan Mangrove Karimunjawa
Pulau Karimunjawa memiliki area hutan mangrove, yang dirancang sedemikian rupa untuk menarik wisatawan. Bunyi gemeretak papan-papan kayu memantul saat kami lewat. Meramaikan sunyi yang menyatu bersama nyanyian jangkrik. Melewati jalur trekking yang terbuat dari papan-papan kayu, kita dibawa menyusuri kawasan hutan.
Kaki-kaki kayu mangrove saling bertumpuk satu sama lain, menjejak genangan air di atas pasir. Mereka tumbuh secara acak, berdekatan, menampilkan kesan lebat, menumbuhkan pemikiran tentang misteri ada apa di dalam sana. Kehidupan mereka menimbulkan sebutan rawa pantai. Pemikiran horror mengenai sesuatu seperti buaya yang tiba-tiba munculpun sedikit menghantui.
Beberapa tulisan yang dipasang di area sekitar trekking memberikan banyak informasi seputar jenis mangrove, dan beberapa informasi penting lain. Informasi-informasi itu memang penting, tapi ada informasi penting yang seharusnya tidak di pasang di sini. Informasi itu adalah tentang sebaiknya kita membawa lotion anti nyamuk. Informasi ini seharusnya berada di luar, sebelum kita memasuki area hutan. Alangkah baiknya lagi, kalau disediakan pengelola. Karena selama di dalam, kami sukses digigiti nyamuk.
Di tengah perjalanan trekking, kami melongok ke atas gardu pandang hutan mangrove untuk menikmati kawasan hutan mangrove yang menyatu dengan pantainya. Sungguh luar biasa!
8. Melihat Karimun dari Bukit Joko Tuo
Di Bukit Joko Tuo, kami akan melihat tulang-tulang ikan raksasa serta lanskap Karimun Jawa. Andai tak gagal.
Kami sempat tersesat dan terlalu lelah untuk lanjut, sehingga memilih untuk berhenti menuju tempat itu
9. Pantai Tanjung Gelam, ternyata bisa dicapai via jalur darat
Sebenarnya, kami mendatangi pantai ini saat tur laut. Tetapi, menuju pantai inipun ternyata kita bisa mencapainya dengan jalur darat. Banyak terdapat warung di sini. Beberapa kapal juga terlihat bersandar di bibir pantainya.
Pemandangan yang unik dari pantai ini adalah adanya beberapa pohon kelapa yang tumbuh miring. Berbeda dengan hampir semua pantai Karimun yang cenderung berombak tenang, di pantai ini biarpun tetap tenang, tapi ombak bersedia sekali-kali mengecup daratan. Sehingga bermain-main air di sini terasa lebih asyik.
Tanjung Gelam menjadi tempat ampiran jasa agen perjalanan yang menawarkan tur laut. Tak heran pantai di sini ramai. Kami bahkan bertemu beberapa turis Asing, India, Korea, Taiwan. Ketenaran Karimunjawa memang sudah membahana di kancah Internasional. Bukti yang lain yang sedikit miris adalah pemilik beberapa resort bahkan beberapa pulau di Karimun adalah orang asing.
10. Karimun Butterfly Park
Tempat yang tergolong baru ini merupakan tempat konservasi kupu-kupu dari berbagai jenis dan spesies.
Sewaktu kami kesana, menurut informasi warga katanya malam sebelumnya tempat itu baru saja dibuka. Wah, sebetulnya asyik kalau bisa jadi pengunjung petama. Sayang saat itu karena keterbatasan dana, bahkan untuk masuk pun kami tak sempat masuk ke dalam.