A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: Function create_function() is deprecated

Filename: controllers/Post.php

Line Number: 84

Backtrace:

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 84
Function: _error_handler

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 22
Function: autop

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/index.php
Line: 315
Function: require_once

BEGINNER


5 Alasan Gunung Prau Cocok Untuk Pendaki Pemula

Ester Pandiangan — 20 February 2019

gunung prau Foto oleh Ester Pandiangan

Kalau mau ‘meracuni’ orang untuk datang ke gunung, ajak dia ke Prau

Ini komentar teman saya, salah satu pecinta gunung yang hobi mendaki dengan sistem tek-tok, alias langsung turun tidak sampai nge-camp di puncak. Namun, khusus untuk Prau dia bilang akan selalu menyempatkan untuk nge-camp, saking istimewanya.

Sampai akhirnya saya merasakan sendiri keistimewaan Prau saat mendakinya di awal Oktober lalu.

Berikut adalah beberapa alasan paling logis mengapa Prau cocok untuk pendaki pemula.

 

1. Trek yang Santai-santai Capek

gunung prau Foto oleh Ester Pandiangan

Yup! Kenapa saya bilang santai-santai capek, soalnya trek ke Prau ini masuk kategori santai tapi tetap saja bikin capek. Sebelum mendaki Prau, saya sempat mengira kalau treknya paling nggak seperti trek Cibodasnya Gede-Pangrango. Ternyata lelahnya nggak se-dahsyat mendaki Gede dan Pangrango, kok!

Saya masih ingat kali pertama mendaki Pangrango melalui jalur Cibodas, saat musim hujan. Nggak terbayang lumpurnya, belum lagi treknya yang langsung nanjak, meski ada “bonus” tapi tetap saja bikin tulang lumat.

Di satu sisi menurut para pendaki senior, sebenarnya trek Cibodas masih tergolong ringan. Nah, buat yang pernah merasakan trek Cibodas, trek di Prau itu dua kali lebih ringan daripada Cibodas.

 

2. Tetap Dapat Kok Olahraganya

gunung prau Foto oleh Ester Pandiangan

Orang bilang capek-nya naik gunung itu berbeda dengan capek-nya aktivitas fisik lain. Ada beberapa orang yang khusus naik gunung karena mau cari “capek-nya”—termasuk saya! Capek-nya naik gunung itu bisa dibilang capek maksimal, dimana urat-urat tulangmu remuk redam tapi bikin ketagihan! Nah, mendaki Gunung Prau, kita juga bisa mendapat olahraganya kok.

 

3. Golden Sunrise dan Bukit Teletubbies

gunung prau Foto oleh Jimzz

Yang paling menarik dari Prau adalah dengan trek yang nggak begitu susah, namun dapat pemandangan yang ”YA AMPUN CANTIK BANGEEEET”. Berbeda dengan Gunung Salak yang treknya ampun-ampun-an dan bikin capek luar biasa namun bagi saa pemandangan masih kalah jauh dari Prau.

Di Gunung Prau, mulai dari pos kedua (dari jalur Patak Banteng) kita bisa menyaksikan pemandangan kota Wonosobo dari ketinggian. Apalagi begitu sampai di puncaknya, bukan hanya kota Wonosobo saja tapi juga Telaga Sikidang yang aduhai sekali, golden sunrise di antara celah Gunung Sindoro, Sumbing, Merapi. Belum lagi jejeran bukit Teletubbies, milky way, duh pokoknya buat yang hobi selfie dan gonta-ganti profile picture jejaring sosial akan terpuaskan dahaganya deh!

 

4. Bisa Melipir ke Dieng

telaga warna dieng Foto oleh Jimmy Mac lntyre

Lokasi yang dekat bisa membuat kita mendapatkan dua tujuan wisata sekaligus. Pertama Prau dan kedua adalah Dieng! Dan juga ada sangat banyak tempat wisata lain yang oke punya, seperti menikmati nuansa mistis di Candi Arjuna, Cantiknya Telaga Sikidang, Memanjakan lidah dengna bersantap Mie Ongklok, atau juga golden sunrise Bukit Sikunir.

Satu yang paling saya rekomendasikan, bila kamu memiliki waktu panjang, sempatkan diri untuk menginap di salah satu homestay yang berdekatan dengan komplek Candi Arjuna. Kapan lagi bisa melihat matahari terbit dengan bingkai candi yang rupawan?

 

5. Sebelas Dua Belas dengan Papandayan

hutan-mati Foto oleh Indah Fajarwati

Buat gunung lovers pasti tahu Papandayan. Dua gunung ini—Papandayan dan Prau memang sedang naik daun. Trek yang nggak bikin lemas tapi menjanjikan pemandangan yang luar biasa bagusnya.

Bedanya dengan Papandayan, Prau sedikit menguras tenaga dengan tanjakan yang cukup miring. Kalau Papandayan malah terlalu banyak “bonus”, jadi capek-nya lebih karena bawaan carrier.

Bagikan artikel ini :