A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: Function create_function() is deprecated

Filename: controllers/Post.php

Line Number: 84

Backtrace:

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 84
Function: _error_handler

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 22
Function: autop

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/index.php
Line: 315
Function: require_once

MOUNTAIN


Hal Luar Biasa yang Dapat Kamu Lakukan di Gunung Penanggungan

Retno Dina Setyarini — 4 April 2015

penanggungan Foto oleh Retno D Setyarini

Belakangan akun media sosial saya banjir foto dan berbagai cerita dari kawan-kawan pendaki seputaran Jakarta tentang Gunung Batu dan Gunung Munara. Dari jalanpendaki.com, rupanya kedua gunung tersebut mulai ramai diminati, selain karena pendakian saat ini sedang jadi hype, utamanya adalah karena jarak tempuh yang sangat terjangkau dari radius Jakarta.

Juga, karena keduanya merupakan tipe gunung yang bisa untuk satu hari hiking, naik langsung turun. Selain itu, dari foto-foto yang saya lihat, pemandangan disana pun masih jempolan.

Saya jadi teringat gunung yang kurang lebih serupa dengan Gunung Batu dan Gunung Munara dari segi jarak tempuh dan durasi pendakian. Gunung Penanggungan. Terletak di perbatasan kabupaten Mojokerto dan Pasuruan, Jawa Timur, Gunung Penanggungan adalah gunung berapi istirahat yang termasuk dalam rangkaian Gunung Arjuno-Welirang. Bagi kami, pendaki Surabaya, dengan jarak hanya 25Km, akses yang sangat mudah, udara bersih dan pemandangan hijau manghampar di atas sana, serta ketinggian 1635 mdpl yang artinya bisa naik turun sekaligus dalam satu hari,

Penanggungan sungguhlah sempurna untuk lepas dari penatnya kota Surabaya yang sibuk.

Dengan hanya 1 jam setengah dari tempat saya berdomisili, cukup sering saya menghabiskan waktu libur dengan bersenang-senang disana.

1. Hiking

Kalau waktu sempit, libur terbatas, tapi hasrat untuk mendaki tak tertahan, Penanggungan sangat bisa untuk melepas kangen.

Berjalan dari pos perhutani menyusuri perkebunan durian dan tebu milik warga, sebelum masuk batas hutan. Bila beruntung bolehlah menumpang Jeep Willies warga yang kebetulan lewat. Lumayan, berhemat tenaga. Meski tak perlu gears yang sangat teknikal atau logistik yang berlebihan,  jangan sekali-kali meremehkan gunung, safety comes first.

Kali ini marilah tek-tokan saja, tidak perlu bermalam. Tiba di ketinggian 1635 mdpl, langsung kembali turun ke ketinggian 600-an. Hiking santai naik turun paling lama kurang lebih 5-6 jam, itu pun sudah termasuk sesi foto di puncak, lereng batu dan istirahat rebahan di lereng Puncak Bayangan.

Favorit saya: naik saat dini hari, agar sampai di puncak tepat bertemu sinar pertama mentari pagi.

2. Camping cantik

Ini yang selalu saya lakukan bila sudah penat dengan kantor, rindu tidur di dalam tenda, dan minum kopi hangat di bawah bintang dengan kawan-kawan.

Tidak perlu sampai puncak, cukup dirikan tenda di campground yang biasa disebut Puncak Bayangan, lapangan datar yang cukup luas untuk menampung bahkan 20 tenda dome sekaligus, dan merupakan semacam cek poin terakhir sebelum menuju puncak gunung yang sebenarnya: Puncak Pawitra.

Karena camping cantik, saya dan kawan-kawan justru lebih serius soal logistik. Sengaja kami ‘pindah dapur’.

Pagi itu, kami menjerang air untuk membuat minuman panas agar bisa dinikmati sambil melayangkan pandang ke kota Tretes dan Bangil di kejauhan dari pinggiran lereng Puncak Bayangan.

Menjelang siang, kami masak spaghetti, sandwich sosis gulung, agar-agar, bubur kacang hijau dan macam-macam tergantung mood saat itu, sehingga bisa dinikmati dibawah hangat sinar mentari dan terpaan angin.

Repot? Ya! Tapi senang. Karena memang itu niatnya: kemah ceria.

Makan di udara terbuka, bermain kembang api di malam hari, bergosip di depan api unggun, atau berfoto levitasi ala jagoan kungfu bersama kawan-kawan tercinta, adalah vitamin dosis tinggi untuk siap menghadapi kembali Surabaya keesokan harinya.

3. Gladi Kotor

Semua pendaki pemula, paling tidak yang berasal dari Surabaya dan sekitarnya, banyak yang memulai karir pendakiannya dari gunung ini.

Meskipun ketinggiannya hanya berkepala 1, Penanggungan cukup memberikan pengalaman dan gambaran bagi mereka sebelum mulai melebarkan langkah melakukan pendakian ke gunung-gunung lain. Hampir semua jenis medan, kecuali berpasir, bisa ditemukan di sini.

Penanggungan memang cocok untuk berlatih dan berkenalan. Bagi para pemula, sangat disarankan untuk mendaki Penanggungan dahulu sebelum memutuskan untuk ke Semeru atau Arjuna-Welirang atau gunung lain dengan ketinggian yang lebih dari ini gunning ini.

Sambil memanggul carrier, para pendaki pemula bisa merasakan bagaimana sensasinya naik gunung dan apa-apa saja yang ditemukan selama pendakian.

Mereka akan belajar bagaimana cara menaklukkan medan berbatu yang cenderung longsor di musim kemarau, atau licinnya setapak dengan kemiringan 70 derajat di musim penghujan.

Karena itulah, Penanggungan sering disebut sebagai gunung latihan, dan dijadikan tempat orientasi oleh klub pecinta alam bagi anggota baru mereka, terutama di akhir pekan.

4. Trail Running

Ini yang belakangan saya mulai sering lakukan di sana, lari lintas alam.

Saya ambil rute melalui pos ubaya untuk mencapai Puncak Pawitra. Jarak tempuh dari pos sampai Puncak Pawitra hanya 4,6Km saja, jadi total jarak tempuh nanti kurang lebih 9,2Km, masih dibawah standar jarak yang umum dilombakan pada seri trail running, yaitu 11Km.

Berlarian di gunung jelas berbeda dengan lari di trek aspal. Kaki harus benar-benar siap akan apa yang dipijak. Gears yang dibawa sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pendakian meski dalam porsi yang lebih mini. Dan Penanggungan ini punya beragam medan yang menantang.

Satu kilometer pertama medan adalah jalan setapak berbatu dengan elevasi yang masih 0, melewati perkebunan warga dan suasana kaki gunung sudah mulai terasa.

Kilo meter berikutnya merupakan jalan setapak yang elevasinya sedikit demi sedikit terus bertambah tinggi dengan vegetasi tanaman yang mulai merapat.

Kilometer ketiga sampai puncak, medan mulai menunjukkan ketangguhannya, karena posisi berlari normal sudah tidak mungkin diterapkan disini. Kemiringan sampai di atas 70 derajat. Bahkan untuk menuju Puncak Pawitra, mau tidak mau harus speed hiking agar tetap bisa menjaga ritme ayunan kaki. Untuk hal ini, Penanggungan tidak bisa dibilang enteng. Trail running disini bisa menjadi alternatif seru bila bosan dengan pendakian biasa.

5. Jelajah Majapahit

Situs percandian Majapahit tersebar di lereng gunung ini dan bisa mudah dijumpai jika melalui pos Petirtaan Jolotundo.

Pintu masuk treknya harus melalui situs arkeologi, saya jadi bisa membayangkan betapa berbedanya suasana perjalanan naik turun, entah untuk hiking atau trail running, kelak.

Akan bisa dijumpai 5 situs percandian yang dilalui oleh trek ini, karena ada sekitar 80 candi yang dibangun di era Kerajaan Majapahit , yang telah ditemukan di lereng Penanggungan denga peta sebaran yang luas.

Kebanyakan berupa punden berundak dan tempat persembahyangan. Meski banyak yang tidak lagi utuh, Penanggungan justru jadi semakin istimewa karenanya.

Akhirnya pergi ke gunung bukan melulu untuk menapaki punggungnya, melainkan menapaki pula petilasan yang menyusun kisahnya.

***
Mungkin saya bukan satu-satunya warga Surabaya yang menghabiskan waktu di Penanggungan untuk hal-hal di atas, tapi tidakkah memang menyenangkan melakukan hal yang berbeda tiap kali pergi kesana? Jadi, kemasi perlengkapan dan mari membunuh penat di ketinggian. Selamat datang di Penanggungan.

Bagikan artikel ini :