6 Foto Selfie Paling Menarik Perhatian Sepanjang 2015
Foto selfie di tempat yang sedang kita kunjungi benar-benar menjadi tren tahun ini. Tentu berfoto selfie bukan hal buruk. Namun bisa menjadi buruk ketika itu mendatangkan masalah, baik bagi kita, maupun orang lain.
Sepanjang tahun 2015, inilah beberapa foto selfie yang menghebohkan netizen :
1. Foto Eri di Puncak Garuda, Merapi
Pendakian itu tentang mengenal batas diri, bukan menahlukkan alam. Namun entah apa yang ada di benak Eri Yunanto ketika itu, mahasiswa 21 tahun yang naik Puncak Garuda Gunung Merapi untuk berfoto. Ia meminta temannya untuk memotret dirinya di puncak tertinggi Merapi. Baru saja mengambil dua kali jepretan, Eri terpeleset jatuh ke kawah Gunung Merapi. Proses evakuasi Eri membutuhkan waktu lama karena lokasi jatuhnya yang susah untuk dijangkau. Bahkan perlu menggunakan pesawat mini.
Bukankah nyawa lebih berharga dari sekadar pujian 'keren' yang akan orang katakan jika melihatmu foto di tempat ekstrim?
2. Taman bunga amaryllis Jogja hancur oleh serbuan wisatawan
Adanya keberadaan hamparan bunga berwarna orange di dusun Ngasemayu, Desa Salam Kecamatan Patuk, Gunung Kidul Yogyakarta membuat tempat ini mendadak tren wisata. Walaupun berada di tengah pemukiman warga, taman bunga amarillys ramai oleh kunjungan para pelaku selfie. Untuk alasan apa lagi mereka berdatangan kalau tidak untuk mengabadikan momen dengan menjepret kemera mereka?
Alhasil hanya dalam hitungan minggu, taman bunga amarillys rusak. Bunga-bunga berubah layu akibat dipijak-pijak dan ditiduri saat mengambil foto.
3. Tanaman gulma eceng gondong mendadak tren
Setelah rusaknya taman bunga amarillys, lahirlah taman-taman bunga lain di Yogyakarta. Cukup aneh ketika tanaman yang dianggap gulma oleh banyak orang, mendadak populer dan menjadi perhatian nitizen. Lagi-lagi taman bunga ini menjadi tempat selfie oleh para penggila foto. Hamparan bunga eceng gondok ini tumbuh luas di sawah, di Dusun Karangasem, Palbapang, Bantul.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah para pelaku selfie mau berkubang di lumpur untuk mendapatkan foto dirinya bersama bunga-bunga eceng gondok?
4. Rusaknya taman bunga di Baturaden yang baru diresmikan 1 minggu
Baru diresmikan pada Sabtu 19 Desember 2015, taman bunga Kebun Raya Baturraden rusak diinjak-injak. Pengunjung perlu belajar lagi tentang bagaimana cara menghargai hal terkecil sekalipun. Bahkan papan larangan yang telah dibuat diacuhkan dan injak-injak pengunjung. Apakah untuk ke depan nanti setiap taman bunga akan berakhir seperti ini?
5. Demi selfie jembatan gantung berkapasitas 40 orang putus
Semua tempat dimuka bumi bisa menjadi tempat wisata asal dari sudut mana kamu akan mengemasnya. Sama seperti halnya jembatan gantung di Seuleumak Aceh. Tak ada salahnya berwisata di atas jembatan danau ini. Sekadar melintas, berdiam diri, atau berfoto. Yang salah adalah ketika pengunjung melanggar aturan berada di jembatan berkapasitas 40 orang.
Pada musim liburan akhir Desember, pengunjung membeludak dan memadati jembatan tersebut untuk berfoto-foto. Dan hasilnya, jembatan tak kuat lagi menahan beban. Seluruh pengunjung dan berada di jembatan jatuh ke dalam danau dengan kedalam 2 meter tersebut.
6. Rusaknya lampu di Festival Taman Lampion, Jogja
Keindahan apa yang kamu dapat dengan berdiri di tengah-tengah lampu yang mengalirkan listrik kemudian berpose bak model? Itulah yang terjadi di Festival of Lights Lampion Kaliurang. Banyak pengunjung yang rela belusukan ke tengah lampu hanya untuk mendapati gambar dirinya sedang berada di hamparan taman dengan lampu-lampu cantik. Festival yang bakal digelar dari 10 Desember 2015 sampai 31 Januari 2016, mengalami kerusakan dibeberapa tempat akibat ulah para pengunjung.
***
Ada banyak masalah yang timbul dari foto selfie yang berlebihan. Taman bunga yang hancur, taman lampion rusak yang mungkin akan membuat wisatawan tersengat listrik, dan jembatan yang runtuh. Melakukan foto selfie memang tak ada salahnya. Yang bermasalah adalah ketika foto selfie mu merusak alam, merugikan diri sendiri serta orang lain.
Sepertinya kita masih perlu mempelajari tentang 'don’t sell destinations, but do tell the stories'