7 Kuliner Yang Akan Membuatmu Rindu Surabaya
Surabaya tidak memiliki gunung yang di bawahnya mengalir sungai-sungai indah bak di surga. Alih-alih gunung, pohon-pohon industri membumbung tinggi mengepulkan asap-asap kapitalisnya. Apartemen, hotel, dan pusat perbelanjaan menjulang makin tinggi beradu cepat untuk menyentuh nirwana. Itulah Surabaya.
Saya pernah hidup di kota ini selama delapan tahun. Cuaca yang panas, pilihan makanan yang serba pedas, karakter manusia dan lingkungannya yang keras sangat mempengaruhi bentuk pribadi saya yang sekarang.
'Bila melakukan perjalanan ke Surabaya lantas apa yang dapat dinikmati oleh para turis di sini?'
Pertanyaan itu sering saya dapatkan entah dari teman-teman saya yang belum pernah ke Surabaya atau ketika saya berjumpa dengan turis asing di dalam kereta.
Cobalah makanannya, makanan yang membentuk kota ini menjadi otentik. Berbaurlah dengan mereka yang menghabiskan waktu dan uangnya di kedai-kedai makan. Makanan adalah salah satu pembentuk budaya. Makanan adalah bagian perjalanan yang tak dapat dipisahkan. Dan Surabaya dapat menjadi selingan perjalanan untuk memanjakan lidah, tidak melulu mata.
1. Bersantap Siang Lontong Balap Sampoerna Usai Mengunjungi Museum Kretek
Taoge rebus beserta kuahnya, tahu goreng yang telah dipotong-potong, menjeng (mirip tempe goreng, juga terbuat dari kacang kedelai), dan sambal petis. Itulah lontong balap. Biasanya sate kerang penjadi pelengkapnya. Lontong balap lebih banyak ditemukan pada siang hari daripada malam hari. Sebab makanan ini memang sangat pas bila disantap ketika matahari terik. Untuk minuman yang cocok sebagai pasangannya, para penjual lontong balap selalu menjual es kelapa muda. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan.
Saat masih tinggal di Surabaya dulu atau sedang berkunjung ke sana, bila saya membawa tamu asing untuk berkunjung ke House of Sampoerna, sebuah museum kretek, untuk santap siang saya selalu mampirkan ke warung Lontong Balap Sampoerna. Lokasinya persis di samping belakang sebelah timur museum. Warungnya masih berada di dalam bagian komplek Sampoerna menghadap ke arah timur.
2. Rujak Cingur Pasar Genteng, Tersembunyi tapi Ramai Dikunjungi
Rujak cingur mirip lotek khas Sunda ataupun Jogja: sayuran rebus, lontong, tahu dan tempe goreng kemudian dicampur dengan bumbu kacang yang telah diuleg. Juga biasanya ada tambahan buah-buahan seperti nanas, ketimun, mangga. Bedanya dengan lotek, ada tambahan petis udang pada bumbu kacangnya sehingga warna bumbunya menjadi lebih gelap. Dan yang membuatnya berbeda dan menjadikan makanan ini khas adalah adanya cingur. Cingur adalah bagian moncong sapi. Banyak yang pertama kali tahu tentang itu akan bergidik jijik. Tetapi bila sekali mencobanya akan bergidik ketagihan.
Ada warung terkenal yang menjual rujak cingur di Surabaya. Letaknya tersembunyi di sekitaran Pasar Genteng. Saya mengetahui tentang warung ini dari bertanya pada teman-teman saya di Surabaya saat akan menjamu Barbara, seorang teman dari Austria di sore hari. Jadi saya pun mencari warung ini setelah mengantarnya membeli tiket kapal laut untuk perjalanannya ke Batam. Dan sayangnya Barbara adalah seorang vegetarian. Jadi ketika saya menjelaskan rujak cingur padanya ia ingin mencobanya tanpa cingur. Maka sensasi mengunyah cingur yang kenyal tidak dapat ia rasakan.
3. Mengunjungi Sate Klopo Ondomohen yang Melegenda
Selama tinggal Surabaya saya hanya mencoba sekali warung sate yang selalu ramai ini. Itu pun karena ajakan teman dan dia pula yang membayarnya. Saat itu saya masih kuliah dan ngekos, jadi ajakan seperti itu adalah berkah mahasiswa.
Waktu itu kami datang pada malam hari, hampir tengah malam. Warung yang letaknya tidak jauh dari Kantor Walikota Surabaya ini untungnya sepi. Dinding warung ini dipenuhi oleh foto orang-orang terkenal yang pernah makan di sini. Itu wajar, seperti kebanyakan tempat makan yang sudah menjadi legenda lainnya.
Sate ini bukan sate kambing atau ayam, tetapi daging sapi yang sudah dibalut dengan parutan kelapa yang sudah dibumbui. Daging ditusuk dengan bambu. Ukuran sate ini cukup besar. Seporsi bisa memesan sepuluh atau bisa juga lima tusuk. Dengan nasi putih sepiring cukuplah mengenyangkan.
Sebagai yang pertama, warung ini telah memicu munculnya beberapa warung sate yang sama di sekitarnya. Namun hanya ada satu yang tetap tersohor. Spanduk besar bertuliskan Sate Klopo Ondomohen Ibu Asih terpampang di depan warung ini. Terletak di Jalan Walikota Mustajab Surabaya.
4. Rawon Setan, Bukan Tempat Uji Nyali Melainkan Uji Rasa
Rawon adalah makanan khas Jawa Timur. Masakan jenis sup berkuah hitam dengan irisan daging sapi di dalamnya. Di Jalan Embong Malang, Surabaya, terdapat tempat makan yang menyajikan masakan ini. Namun ada yang membuat tempat makan ini menjadi istimewa dan mengundang banyak orang untuk datang kemari. Embel-embel nama yang unik membuat banyak orang yang melintas penasaran: Rawon Setan. Dinamakan begitu sebab dulunya tempat makan ini mulai buka pukul sepuluh malam. Sayangnya saya belum pernah sekalipun mencicipi rawon yang telah menjadi ikon kota Surabaya ini. Banyak yang bilang bila ada yang belum mencicipi Rawon Setan, maka artinya orang itu belum berkunjung ke Surabaya. Dan bila saya berkunjung ke Surabaya, saya akan mencicipinya. Itu janji saya.
5. Ahli Sambal Bu Rudi
Papan nama besar bertuliskan “Bu Rudi” dan gambar wajahnya selalu saya lewati ketika saya berangkat dan pulang kerja. Petugas parkir selalu sibuk mengatur kendaraan yang berparkir di depan restorannya dan membuat Jalan Dharmahusada macet karenanya.
Depan restauran yang beratap, yang seharusnya bisa digunakan sebagai tempat parkir, dijadikan dapur yang begitu sibuk. Restaurannya ada di bagian belakang setelah melewati rak-rak penuh dengan jajanan tradisional, lauk-pauk yang siap dibawa pulang, dan aneka camilan untuk oleh-oleh khas Bu Rudi. Ada sederet panjang menu yang bisa dipilih. Mulai dari penyetan, nasi bakar, hingga lontong Cap Go Meh.
Menu andalah di sini adalah nasi empal udang. Nasi putih dengan lauk empal dan udang goreng tepung kecil-kecil yang gurih dan sambalnya yang tersohor. Bagi yang ingin membawa pulang sambalnya untuk oleh-oleh di sini tersedia aneka sambal yang sudah dikemas.
6. Bebek Goreng Harissa, Kuliner di Surabaya Timur yang Wajib Dicicipi
Bila diadakan sensus penjual bebek goreng di Surabaya mungkin akan di dapat angka yang fantastis saking banyaknya warung bebek goreng di sana. Di sepanjang jalan di mana saya tinggal dulu saja berdiri deretan warung tenda bebek goreng. Dulu saya tinggal di Kecamatan Rungkut di timur Surabaya. Bermacam kuliner bisa ditemukan di sini. Ada tempat makan bebek goreng favorit saya di sini. Bebek Harisa namanya.
Bila larut malam, sepulang saya bekerja dulu, saya sempatkan untuk mampir. Mereka menyajikan nasi di atas piring lidi yang beralas daun pisang. Pilihan jenis sambal pun bisa dipilih. Namun sambal yang selalu tersedia di meja tak kalah enaknya. Sambal-sambal ini menyatu dengan tekstur bebek gorengnya yang lembut dan renyah, menyatu dengan nasi putihnya yang wangi, yang tidak cukup hanya makan sepiring.
7. Rasa Kuno Soto Madura Gubeng Pojok
Lokasinya sangat pas bagi yang baru tiba di Surabaya. Soto Madura Gubeng Pojok ini terletak di utara Stasiun Gubeng Lama Surabaya. Saya selalu datang ke depot ini bersama keluarga dari Banyuwangi. Kami bukan penggemar soto, tapi Soto Madura Gubeng Pojok ini perkecualian. Di masak dan selalu dipanasi di atas tungku berbahan bakar kayu. Daging sapi dan jeroannya, telur ayam rebus, dan kemudian segarnya kuah sotonya membuat kami sekeluarga menyantapnya dengan lahap. Kemudian untuk pilihan minumnya yang pas adalah es air kacang ijo yang segarnya tiada tara.