A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: Function create_function() is deprecated

Filename: controllers/Post.php

Line Number: 84

Backtrace:

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 84
Function: _error_handler

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 22
Function: autop

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/index.php
Line: 315
Function: require_once

LIFE-STYLE


8 Aktifitas di Pulau Weh yang Pasti Akan Kamu Rindukan Setelah Kamu Kunjungi

Ashadi Natha Prasetyo — 25 January 2019

Pulau Weh merupakan salah satu destinasi wisata yang bisa dikunjungi saat berkunjung ke Sabang. Ada banyak Aktiviti yang bisa kamu lakukan di Pulau Weh seperti menyelam, mendaki gunung, ataupun hanya bersantai di pantai. Berikut aktifitas-aktifitas yang pasti akan kamu rindukan di kemudian hari.

1. Bersantai di Pantai Iboih

Pertama datang, pandangan saya langsung terfokus pada keriuhan di tempat ini. Maklum, disini adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin berkunjung ke Iboih bertemu dengan ramainya pasar rakyat yang menyuguhkan warung makan yang berdiri berdampingan, toko suvenir, penjual sayur dan buah-buahan, mesin ATM, hingga kafe yang menyuguhkan live music di dalamnya.

Hah.. Hah.. Hah..” Walaupun kondisi jalan setapak tidak terlalu terjal, tapi barang bawaan saya yang banyak dan berat cukup menguras energi.

Bang! Mau kemana? Disini murah bang! Mampir saja dulu!” celoteh pemilik tempat penginapan sambil melambaikan tangannya mengundang saya untuk bermalam disana.

Penginapan-penginapan di sini berdiri di atas bukit menghadap langsung pemandangan birunya air laut. Saat siang cahaya keperakan di permukaan laut yang memantulkan sinar matahari membuat saya benar-benar bersyukur di lagirkan di negeri seindah ini.

2. Mengunjungi rumah nemo di Pulau Rubiah

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit untuk menyeberang dari Iboih menuju Pulau Rubiah. Kapal bersandar di dermaga lalu saya beserta rombongan pun bergegas turun untuk bertemu dengan seorang tour guide yang akan membawa kami ke “rumah” nemo.

Coba di cek masker, fin, dan pelampungnya. Kalau sudah pas, kita belajar snorkeling dulu sebentar,” kata tour guide kami.

Setalah berlatih sebentar, kami berenang mengikuti tour guide. Setalah agak di tengah,  tiba-tiba tour guide memerintahkan saya dan rombongan untuk berhenti. Dia menunju sepasang nemo berwarna oranye menyala sedang bermain di atas anemon laut. Satu persatu dari kami mencopot alat pelampung untuk diberi alat pemberat di pinggang supaya bisa menyelam dan berfoto bersama nemo.

3. Pantai Sumur tiga, garis pantai terpanjang di Pulau Weh

Mentari bersinar cerah di pagi hari, saya pun bergegas pergi ke Pantai Sumur Tiga dengan mengendarai mobil. Sepanjang perjalanan saya ditemani dengan hamparan bukit yang hijau disertai dengan halusnya jalanan beraspal.

Sesampainya disana, saya menuruni anak tangga untuk sampai ke bawah. Hamparan pohon kelapa yang berjejer membuat suasana begitu rindang.   Tak salah memang jika pantai ini menyandang gelar pantai dengan garis pantai terpanjang di Pulau Weh, sejauh mata memandang yang tampak hanya pasir putih yang terhampar luas dan birunya air laut disertai ombak yang tenang. Membutuhkan waktu yang cukup untuk bisa menyusuri panjangnya pantai ini.

Karena terbatasnya waktu, saya bergegas menaiki anak tangga. Di sini ada sebuah sumur air tawar yang digunakan pengunjung untuk membilas tubuh dari lengketnya air laut. Airnya cukup bersih dan segar. Di kota-kota besar mungkin kita tak bisa lagi menjumpai sumur seperti ini.

4. Mengembalikan memori Perang Dunia II Pantai Anoi Itam

Tidak jauh dari Pantai Sumur Tiga ke arah selatan, sekitar 30 menit berkendara saya dibuat takjub oleh tampilan kokohnya sebuah benteng peninggalan Jepang. Tersembunyi di antara bukit karang dan pepohonan, membuat benteng ini sangat strategis untuk mengintai musuh.

Saya lanjut melangkah. Ada sebuah bukit di sini, pemandangan dari puncaknya pasti luar biasa. Benar saja, sesampainya di puncak bukit, saya merebahkan diri di hijaunya rerumputan sementara angin membelai disambut daun-daun yang berjatuhan. Mendengar deburan ombak yang saling bersahutan. Menanti momen matahari tenggelam.

5. Berfoto dengan gelembung Pantai Aneuk Laot

Jantung saya berdegup kencang sekaligus penasaran ketika pemandu membawa kami untuk snorkeling di atas gunung berapi bawah laut. Maklum, ini pertama kali saya berenang di tempat seperti ini.

Byur!

Aman! Ayo turun,” kata pemandu kami. Kami pun turun masih menggunakan jaket pelampung dengan muka yang masih tegang. Saya mencoba memasukan kepala saya ke dalam air untuk melihat seberapa dalam tempat ini. Dan saya tidak bisa menemukan dasarnya karena air disini tidak terlalu jernih.

Pak, saya mau foto di dalam air, bisa nggak?” tanya saya.

Bisa! Tapi lepas pelampungmu, ya!” Saya pun mencoba melepas pelampung dengan berpegangan kepada saudara saya yang masih mengenakan pelampung.

1,2.3… Byurrr! Saya masuk ke dalam air dan menahan napas untuk beberapa detik demi mendapatkan foto terbaik dengan gelembung yang muncul dari dasar permukaan.

6. Eksotisme jurang bawah laut di Canyon

Pada musim tertentu, ombak di Canyon cukup besar. Saya belum bisa menyelam, maka saya kembali ber-snorkeling ria di Canyon ini. Ombak yang besar membuat saya terombang ambing berusaha mengikuti pemandu kami. Tebing-tebing yang curam menjorok ke laut menjadi pemandangan menakjubkan selama snorkeling di Canyon.

Tujuan kami untuk pergi ke goa kelelawar dengan cara berenang. Kami harus bersusah payah dan berusaha berenang sekuat tenaga untuk sampai kesana. Arus yang deras menghempaskan tubuh kami ke kerasnya bebatuan. Mengakibatkan luka dan memar di kaki kami.

Setelah snorkeling, pemandu kami  berkata, "sebenarnya saya baru pertama kali bawa tamu kesini. Untungnya tidak terjadi apa-apa.”

7. Rujak Klah yang melegenda di Pantai Klah

Selama berkendara di Pulau Weh, saya serasa menggoreskan sebuah cat minyak di atas kanvas. Begitu banyak keindahan alam yang tidak bisa dituangkan dengan kata-kata. Mobil yang kami pakai berhenti di rumah kayu sederhana dengan kursi rotan menghadap ke hijaunya pepohonan dan birunya laut tenang yang mengapit sebuah pulau yang menjulang di tengahnya.

Kita dimana Pak?” tanyaku.

Kita akan makan Rujak Klah. Disini Rujak Klah sangat terkenal dan melegenda,” sahut pak supir.

Rujak Klah ini disajikan dengan kuah sambal kacang yang kental. Buahnya segar, tak terlalu masam, namun juga tak terlalu matang, pas! Berbeda dengan rujak di Jawa yang di sela-sela rasa pedas masih terasa sensasi manisnya -sebagian besar masakan olahan Jawa memang manis, Rujak Klah memiliki cita rasa pedas yang khas. Pedasnya menyegarkan, tak membuat perut panas.

8. Titik batas paling Barat Indonesia, Tugu 0 Kilometer

Rasa bangga memuncak ketika  berhasil sampai di Tugu 0 Kilometer, titik penanda paling barat, tapal batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah lautan yang luas serta riak-riak kecil ditemani sekumpulan awan yang menghiasi langit yang cerah.

Abang mau sertifikat nggak?” tanya pak supir kepada saya.

Sertifikat apa bang? Berapa?” balasku menjawab.

Sertifikat Tugu 0 Kilometer bang! Harganya Rp 30.000,- aja.Lumayan buat pamer ke teman-teman,” jawab pak supir.

Wah boleh bang! Kapan lagi saya bisa kesini lagi soalnya! Saya ambil pas pulang ya bang!”

Mobil diparkir pada tempatnya dan kami pun turun dengan bergegas keluar dari mobil untuk dapat melihat dari dekat tugu ini. Suasana di tugu ini ibarat pasar minggu saat akhir pekan. Warung makan, toko penjual kelapa muda, toko suvenir, toko baju, hingga penyedia jasa foto berhamburan untuk menarik minat pengunjung yang ingin memakai jasanya.

Ayo cepat! Mumpung kosong! Kita ambil foto di tugu ini! Ada tanda tangan B.J. Habibie lho!”celoteh seorang ibu kepada anaknya. Tugu ini memang sangat populer. Cukup banyak orang mengantri untuk berfoto di tugu ini.

Bagikan artikel ini :