Industri Pariwisata Bukan Ajang Menyiksa Binatang!
Binatang memang unik, dan keunikan serta kelucuannya kadang menjadi daya tarik tersendiri bagi industri pariwisata.
Terkadang, binatang menjadi sebuah magnet wisatawan untuk datang berkunjung.
Namun, Apakah Ini Sesuai dengan Dasar Suatu Industri Pariwisata?
Perlu Anda tahu, industri pariwisata merupakan berbagai bidang usaha yang menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata.
Pariwisata sendiri meliputi segala akomodasi untuk pengunjung wisata, seperti: kegiatan layanan makanan dan minuman, segala transportasi penumpang, agen perjalanan dan kegiatan reservasi, kegiatan budaya, olahraga dan hiburan.
Mari Merenung dan Tanya Hati Nurani, "Apakah Binatang termasuk Penunjang Pariwisata?"
Dari berbagai macam kegiatan industri pariwisata, saya tahu bahwa kebanyakan destinasi wisata menjamu wisatawan dengan berbagai keunikan tempatnya. Entah karena keindahan panorama, maupun endemik yang tinggal di sana.
Tak jarang para pelaku industri wisata menerjunkan langsung endemik yang terkenal sebagai ikon tempat wisata atau negaranya. Seperti Indonesia yang terkenal dengan Pulau Komodo, Australia yang terkenal dengan Kanguru, serta Kamboja dengan Gajah Angkornya.
Namun, disadari atau tidak, menerjunkan langsung para endemik ini berakibat fatal pada binatang-binatang ini. Kamboja yang kemarin mendapatkan musibah atas meninggalnya Gajah Angkornya setelah melakukan pekerjaannya mengantarkan wisatawan menjadi bukti bahwa binatang bukanlah alat yang tepat untuk mendongkrak industri pariwisata.
Sambo, nama gajah itu, diperkirakan berusia 40-45 tahun. Sambo mati setelah mengalami serangan jantung saat mengangkut dua orang turis di punggungnya.
Gajah betina itu sebelum jatuh dan mati telah bekerja selama 40 menit di bawah terik matahari.
Seorang dokter hewan yang memeriksa bangkai gajah itu memastikan Sambo mati karena tersengat cuaca panas, kelelahan, dan kurangnya angin untuk mendinginkan diri.
Para pengunjung Angkor Wat dikabarkan tak kuasa menahan tangis saat melihat gajah yang sudah bekerja di candi itu sejak 2001 jatuh dan mati.
Para netizen yang mendengar berita inipun menanggapinya secara negatif. Bangga dengan endemik bukan berarti melakukan segala macam cara, namun lebih ke melestarikan.
Banyak sekali orasi tentang kelestarian lingkungan. Namun, kejadian yang menimpa Sambo ini sungguh bertolakbelakang dengan konsep kelestarian. Binatang memang menarik untuk dijadikan ikonik destinasi wisata, namun ini bukanlah ide kreatif yang positif untuk direalisasikan.
Setidaknya 550.000 hewan liar diperkirakan akan menderita dalam atraksi satwa liar wisata di seluruh dunia. Ini termasuk para gajah, penyu, pertunjukan lumba-lumba dan pengambilan foto narsis dengan singa dan harimau.
Semoga kematian Sambo ini menjadi pelajaran bagi industri pariwisata dunia. Lebih bijak dalam penggunaan hewan endemik dan melakukan hal nyata untuk kelangsungan hidup para endemik yang terlanjur dieksploitasi.
Baca juga:
- Kebun Binatang Thailand ‘Sulap’ Gajah Jadi Panda Untuk Tarik Pengunjung
- Perkenalkan, Nampuu, Bayi Gajah yang Suka Memeluk Turis di Chiang Mai, Thailand
- Wisata Kamboja Wajib Coba: Menikmati Bamboo Train di Battambang
- Liburan ke Kebun Binatang, Wanita ini Melompat ke Kandang Macan
- 15 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Kebun Binatang Gembiraloka Bersama Kekasih