A PHP Error was encountered

Severity: 8192

Message: Function create_function() is deprecated

Filename: controllers/Post.php

Line Number: 84

Backtrace:

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 84
Function: _error_handler

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/application/controllers/Post.php
Line: 22
Function: autop

File: /var/www/phinemo.com/html/apps/index.php
Line: 315
Function: require_once

CULTURE


Kapal Pinisi, Legenda Kejayaan Maritim Indonesia

Taufiqur Rohman — 27 March 2019

Kapal pinisi merupakan kapal khas dari Indonesia yang dibuat oleh Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi Selatan. Tepatnya di Desa Bira, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Karateristik khusus yang membedakan kapal pinisi dengan kapal lain adalah adanya dua tiang layar utama, dan tujuh layar disekitarnya.

Berdasarkan legenda masayakat Sulawesi, awalnya kapal pinisi dibuat dari pecahan kapal yang karam karena ombak. Cerita bermula saat Pangeran Suwerigading dari Kerajaan Luwu berlayar menuju negeri China untuk melamar seorang puteri bernama We Cudai. Namun, saat perjalanan pulang kapalnya karam oleh ombak dan pecah menjadi tiga bagian. Setiap pecahan kapal terdampar di tiga desa yang berbeda, yatu Desa Ara, Lemo-lemo, dan Tanjung Bira. Warga di setiap desa pun bergotong royong untuk membangunnya kembali, dan setelah selesai diberi nama Pinisi.

Pinisi awalnya adalah nama seorang nakhoda kapal yang pernah berlayar melewati perairan Bira yang juga mengajari masyarakat disana membuat desain layar yang sesuai untuk berlayar mengarungi lautan. Karena jasanya, layar yang telah dibuat diberi nama dengan Pinisi oleh masyarakat Bira.

Dalam pembuatannya kapal pinisi akan melewati beberapa ritual khusus yang harus dijalani. Mulai dari pencarian pohon, penebangan pohon, peletakan lunas, hingga pelayaran perdana kapal.

Setiap bagian kapal pinisi memiliki makna filosofis yang tinggi. Dua tiang utama kapal pinisi merujuk pada dua syahadat. Sedangkan tujuh tiang disekitarnya bermakna jumlah ayat dari surat Al-Fatihah. Dalam versi lain, tujuh tiang disekitar tiang utama ini memiliki makna bahwa dulu nenek moyang Suku Bugis dan Suku Makasar pernah mengarungi tujuh samudera di dunia.

Kapal pinisi keseluruhan pembuatannya menggunakan tangan tanpa bantuan mesin sama sekali. Mulai dari penebangan pohon, pemotongan kayu, dan pemasangan lunas semuanya dilakukan dengan tangan. Untuk merekatkan dua batang kayu juga tidak menggunakan lem, melainkan manual dengan pasak.

Kapal pinisi dengan kemegahannya sudah melegenda di Indonesia. Ekspedisi dengan kapal pinisi telah tercatat beberapa kali dilakukan. Pada era Kerajaan Sriwijaya abad ke-17, ekspedisi kapal pinisi berhasil mengarungi lautan hingga ke Pulau Madagaskar di Afrika. Pada 1986 ekspedisi kapal pinisi berhasil sampai ke Vancouver, Kanada. Setahun berselang, pada 1987 berhasil menuju Australia. Terakhir ekspedisi kapal pinisi telah berhasil berlabuh di Jepang.

Bagikan artikel ini :