Klasik, Masalah Sampah di Tempat Wisata
Rasanya gemes, kesel, waktu jalan-jalan sore tadi di sebuah pantai di Kota Kupang dan melihat banyaknya sampah dimana-mana. Duh Gusti, mau kapan sih sadarnya orang-orang Indonesia kita tercinta ini, kalau buang sampah itu nggak boleh sembarangan karena efeknya sangat besar dari generasi ke generasi!
Coba lihat di TV, jangan heran kalau banyak banjir sekarang dimana-mana. Apalagi kalau sudah mulai musim hujan. Emang sih kelihatannya sepele, palingan juga cuma satu botol *qua aja, ah cuma bungkus permen, ah cuma sebungkus Ch*ki, ah cuma popok bayi. Popok bayi? Di buang di pinggir pantai? Berikut dengan isi-isinya? Plisss deh…
Rasanya miris hati waktu melihat segala macam plastik dari berbagai merk terdampar menyedihkan di pinggir pantai yang ironisnya sedang dinikmati oleh banyak orang. Lalu mereka berfoto ria dengan background sampah! Apa bagusnya sih? Kalau mereka posting di media sosial mereka, apa nggak akan kena bully tuh dengan background sampah dimana-mana? Lalu mulai nyalahin pemerintah karena dibilang nggak merawat tempat-tempat umum. Pemerintah itu lembaga. Yang hidup sehari-hari ya penduduknya. Kalau setiap orang nggak bisa bertanggung jawab dengan perbuatan tangannya, ya selamat deh kamu berhasil membuat negara ini semakin jorok dan kotor.
Kesal bercampur amarah sore ini ketika menyusuri pantai dan melihat sampah berserakan dimana-mana. Duh manusia, apa nggak bosan digigit nyamuk dengan kotoran melimpah di sekeliling kamu? Lalu kamu masih bisa enjoy aja makan Pisang Epe dan jagung bakar dengan pemandangan sampah dimana-mana? Saya sih nggak. Yang ada kesel dan akhirnya ngeloyor pergi.
Masalah terbesar kenapa pariwisata kita tidak maju adalah perilaku masyarakatnya yang menganggap bumi ini sebagai tempat sampah pribadi mereka. Tahu kah kamu berapa lama waktu yang diperlukan sebuah botol plastik untuk terurai? 450 tahun! Bahkan karena perbuatan tangan kita saat ini, generasi kita berkali-kali lipat berikutnya akan mengalami kesusahan karena keegoisan dan ketidakpedulian kita akan sampah.
Plis, just plis, berpikirlah dua kali sebelum melemparkan sampah dari kaca mobilmu, atau meninggalkan jejak yaitu sampah-sampah hasil konsumsi perutmu di tempat-tempat indah yang seharusnya tetap indah. Plis, just plis, kalau nggak mau dibilang bego, pakailah otak yang sudah dikasih Tuhan dari semenjak kamu lahir. Apakah Tuhan menyuruh kamu untuk buang sampah dimana saja? Lalu apa itu maksudnya slogan dari zaman kita SD yang bilang bahwa “kebersihan adalah sebagian dari iman.” Kamu nggak punya iman dong kalau kamu jorok gitu dan suka ninggalin sampah di mana-mana?
Jangan cuma bisa khotbah fanatik di media sosial ngomongin nabi A, B, C, D, E kalau di rumah sendiri saja, sampah kamu berserakan, kamar mandi jorok, lalu keluar dari rumah juga kerjanya nebarin sampah dimana-mana. Jangan ngomel-ngomel tempat wisata jadi jorok, kalau ternyata kamu sendiri nggak bisa jadi pelancong yang bertanggung jawab. Malu lah dengan bumi setiap kali tangan mau buang sampah. Malu lah dengan laut kalau sampai ada popok bayi mengambang di airnya yang seharusnya jernih. Malu lah dengan matahari kalau dia sampai menyinari tanah yang terdapat berbagai macam plastik dari berbagai merk. Malu lah dengan diri sendiri kalau buang sampah di tempatnya saja kamu nggak bisa.
Sekian. Karena udah bosan marah dan kesal perihal ini. Mulut berbusa-busa tapi tetap saja ada orang di sekeliling kita yang kita pikir nggak akan buang sampah sembarangan, tetapi tetap juga cuek ngelakuin itu. Ignorant to the max! Buat kamu yang baca artikel ini, plis, mulai sekarang jangan lagi buang sampah sembarangan.
Salam kesal,
Dea Sihotang
***
Tulisan ini pertama kali terbit di deasihotang.com pada 2 Januari 2016 dengan judul "Jagalah KEBERSIHAN. Susah banget emangnya ya?"