Kalian Para Wanita, Siapkah dengan Konsekuensi Menjadikan Pria Traveler Pasangan Hidupmu?
Saya masih berdiri menggendong ransel 45 liter di pelataran MRT Singapura dengan muka sedikit kebingungan melihat ramainya lalu-lalang orang lewat. Meskipun hari sudah larut, kota ini tidak pernah sepi dari kehidupan. Cukup lama saya berdiri sambil mencermati alamat hostel yang akan saya singgahi.
Sepertinya, gerak-gerik saya ini cukup menyita perhatian seorang laki-laki berambut blonde berhidung mancung dengan tubuh yang tinggi menjulang. Saya saja cuma sedadanya! Saya perhatikan, laki-laki berumur 25 tahunan ini sudah pernah ke Indonesia. Dia mengenakan kaos bertuliskan Yogyakarta. Dia mulai mengajak saya bicara.
“Hi, where are you going to?”
“Oh, Hi! I am going to find this hostel?”
Saya menunjukkan alamat hostel kepada si laki-laki bule. Ah, beruntungnya saya. Ternyata dia berbaik hati mengantarkan saya ke Cozie Lodge hostel di daerah Geylang Rd, Singapura. Ada perasaan takut dan khawatir dengan keramahan si bule ini. Karena menurut info yang saya baca Geylang Rd merupakan red districtnya Singapura! Red district dikenal sebagai daerah lokalisasi dan kehidupan malam. Bagaimana kalau tiba-tiba saya dijual? Hush! Amit-amittt .. Itu hanyalah satu dari banyak kekhawatiran seorang traveler wanita yang jalan sendirian di negeri orang.
Sesampainya di hostel, saya baru tahu kalau Isak (nama si bule) tinggal tidak jauh dari hostel saya. Kami banyak bertukar cerita. Tentang negara saya Indonesia dan rencana perjalanan selanjutnya Thailand. Laki-laki Swedia ini telah satu tahun meninggalkan negaranya untuk berkeliling dunia. Dia menceritakan pengalamannya menjelajahi berbagai sudut dunia. Sudut yang bahkan belum pernah saya dengar sebelumnya. Saya jadi terlihat bego dihadapannya.
Seorang traveler memang mengagumkan! Bagaimana tidak? Dia berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain sendirian. Dia memiliki teman dari ujung Amerika sampai Australia! Dia juga sudah mencicipi berbagai masakan khas dari berbagai negara. Dan itu dia lakukan seorang diri. Hanya ransel lusuh dan sepatu butut yang setia menemani. Rasa-rasanya saya ingin ikut dia berkeliling dunia! Pasti sangat seru dan menyenangkan.
Tiga malam di Singapura saya habiskan untuk jalan-jalan dan ngobrol bersamanya. Kami berdua sudah sudah begitu dekat. Pertemuan yang singkat dan begitu membekas. Sayangnya, kami harus terpisahkan oleh rencana perjalanan selanjutnya. Berpisah dengannya menyisakan sedikit ruang hampa dalam dada. Dan itu membuat saya berfikir “Do I have crush on him?” Kalaupun iya, apakah sudah siap memiliki hubungan dengan traveler?
1. Siap hidup nomadic
Menjalin hubungan dengan traveler memang menyenangkan. Kita bisa jalan-jalan bersama menelusuri pelosok sudut kota diberbagai dunia. Tapi apakah sudah siap untuk hidup nomaden? Karena laki-laki traveler lebih memilih hidup berpindah-pindah. Kalau kita memutuskan untuk pergi bersamanya, kita juga harus siap meninggalkan segala kenyaman yang ada. Apakah sudah siap meninggalkan keluarga? Apakah sudah siap menghadapi dunia baru yang asing? Apakah sudah siap untuk hidup apa adanya?
2. Berani LDR?
Mungkin LDR (Long Distance Relationship) bisa menjadi pilihan hubungan 2 manusia berbeda negara. Ketika memutuskan untuk LDR, seorang wanita dituntut untuk bisa menjaga dirinya sendiri dari berbagai macam hal. Karena dia tidak bisa hadir setiap saat kamu membutuhkannya.
3. Siap patah hati
Kehidupan seorang traveler yang selalu berpindah sangat memungkinkannya untuk bertemu dengan wanita lain. Dan harus mengakui bahwa akan selalu ada wanita yang lebih baik dan lebih menarik diluar sana. Kemungkinan seorang traveler jatuh hati dengan traveler lain pun sangat besar. Mungkin hari ini kamu masih bersamanya, esok harinya mungkin dia akan meninggalkanmu untuk wanita lain. Gimana? sudah siap patah hati?
Baca juga: Kalian para wanita petualang, tak usah denganrkan kata orang, melangkahlah dengan mantap!
4. Komitmen
Berbagai kasus penyebab berakhirnya hubungan antar traveler adalah permasalahan komitmen. Gairah seorang traveler yang selalu ingin menjejakkan kakinya didunia baru tak jarang membuatnya lupa akan komitmen hubungannya. Disatu sisi, seorang wanita membutuhkan kejelasan hubungan mereka. Ingin membangun rumah tangga. Sisi lain, traveler memiliki banyak bucket list yang harus dilakukan. Permasalahannya, apakah menikah ada didalam list nomor berapa? Atau mungkin tidak mencantumkannya.
***
Meski demikian, tentu ada hal menyenangkan dibalik semua penjabaran diatas. Hal yang paling menyenangkan memiliki pasangan seorang traveler adalah kita bisa jalan-jalan bersama. Bayangkan saja serunya pergi ke Paris berdua. Menikmati dinginnya jalanan di London sambil bergandengan tangan. Atau menikmati indahnya sunset Cappadoccia diatas balon udara. Hidup bersama laki-laki yang selalu mengenalkan pada hal-hal yang baru. Kehidupan yang selalu menantang dan tak monoton.
Jika memang kamu telah siap, segera kemasi ranselmu dan bersiaplah untuk keliling dunia dengan pasanganmu!
We don’t meet people by accident, they are meant to cross our path for a reason