MesaStila Duathlon 2016 Sukses Digelar!
"Ke arah kanan Mas, kanan!" Marshall berseragam kuning dan oranye berteriak memberi petunjuk pada peserta ajang multi-sport (lari-balap sepeda-lari) MesaStila Duathlon 2016.
"Saya di posisi berapa sekarang? Berapa jarak sama yang di depan?" Abdul Reza, peserta asal Bandung langsung memberondong marshall dengan pertanyaan sembari meneguk logistik minumnya.
"Kedua Mas. Sekitar 10 menit!" marshall berteriak sambil menunjukkan 10 jarinya.
Abdul Reza mengacungkan jempol dan kembali berlari.
Abdul Reza adalah salah seorang dari total 12 peserta kategori 66k. Pada akhirnya dirinya memang gagal menyusul Oktavianus Quaasalmy yang berhasil keluar sebagai juara kategori 66k, namun ia cukup puas di podium 2. Reza tak menyangka berhasil meraih podium karena rute dan pesaing yang cukup berat.
"Apalagi kemarin baru saja sepedaan dari Bandung ke Magelang kan, 200an km, saya puas dengan hasil ini."
Tiga puluh empat dari tiga puluh lima peserta ajang multi-sport (lari-balap sepeda-lari) Mesastila Duathlon 2016 dari semua kategori yaitu 32k & 66k, berhasil menyelesaikan race di Magelang, Jawa Tengah.
Oktavianus Quaasalmy keluar menjadi juara di kategori 66k, Hari Rohman menjadi juara di kategori 32k pria, sementara Stefanie Citrajaya menjadi juara kategori 32k wanita.
"Jujur saya baru pertama mencoba trail run, dan ternyata sangat berat. Saya tak menyangka bisa menjadi juara. Di luar itu, saya sangat menikmati semuanya. Pemandangan indah, dikepung gunung-gunung, persawahan, daerah pedesaan. Rute yang luar biasa," Stefanie Citrajaya mengungkapkan kegembiraannya setelah sukses menjadi wanita pertama yang melewati garis finish kategori 32k.
"Rute di sini sangat menantang, terutama tanjakannya, luar biasa! Dan juga, di sini kita seperti berkompetisi sambil wisata. Indah sekali di sini, saya akui itu," ungkap Hendra.
Berikut daftar peserta beserta catatan waktunya:
Sport Tourism yang mulai naik daun
Wisata olahraga tahun-tahun belakangan ini menjamur di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Selain surfing, lomba lari dan balap sepeda menjadi primadona yang dapat memancing wisatawan datang berkunjung. Kontur yang banyak terdapat bukit serta gunung menjadi salah satu keunggulan Indonesia.
Beberapa event lari bahkan telah diakui dunia seperti misal Rinjani Ultra, MesaStila Challenge Ultra, atau Bromo Tengger Semeru, dimana jika mengikuti event-event tersebut dapat memperoleh poin untuk syarat berlaga di 'Piala Dunia"nya trail run, yaitu Ultra Trail Mount Blanc di Prancis. Ya, kualitas event juga menjadi salah satu paramater para pelari akan berpartisipasi atau tidak.
Dilihat dari sudut pandang pariwisata, wisata lari jelas mendorong meningkatnya kegiatan pariwisata. Peserta tidak hanya datang untuk mengikuti lomba lari, namun juga mereka harus menginap di hotel dan juga butuh makan alias berwisata kuliner, sebelum pulang ke tempat asal mungkin juga mereka belanja oleh-oleh terlebih dahulu. Dan lagi, jika memang event tersebut terbukti berkualitas, ratusan bahkan ribuan peserta mancanegara tak ragu untuk menonton, bahkan berpartisipasi. Hal ini jelas sangat potensial meningkatkan perekonomian lingkungan sekitar venue event.
Yang terbaru seperti saat MesaStila Duathlon yang diselenggarakan di Magelang baru-baru ini. Rute balapan menyajikan eloknya pemandangan beberapa gunung seperti Gunung Andong, Merbabu, ataupun Telomoyo. Peserta juga melewati kawasan pedesaan berudara sejuk dan masih asri.
Sebuah peluang yang seharusnya dapat digarap serius dan berkelanjutan oleh pihak terkait.