6 Rahasia Dibalik Senyum Bahagia Para Solo Traveler Wanita
Kata ibu saya, dia bukan hanya cemas akan keselamatan anak gadisnya, tapi juga khawatir akan anggapan orang lain tentang saya yang tidak betah di rumah.
"Wah enak ya jalan-jalan terus!" Komentar itu pasti selalu muncul saat melihat postingan foto kita di sosial media. Mungkin mereka hanya belum tahu, dibalik senyum bahagia foto selfie perjalanan kita, ada beberapa hal yang 'kenikmatannya' hanya dipahami para solo traveler wanita seperti kita, ini dia;
1. Susahnya mendapat kepercayaan dari orang tua
Walaupun pernah merantau jauh dari orangtua, dan sering bepergian keluar kota, saya masih deg-degan saat minta izin kepada orang tua, khususnya ibu, setiap akan melakukan perjalanan. Bukan hanya itu, walaupun sudah tidak tinggal serumah lagi, saya masih sering ditelepon kalau lewat jam sembilan malam belum juga ada di rumah, padahal sudah berpamitan.
Itulah orang tua terhadap anak perempuannya. Mereka masih sulit menerima kenyataan, bahwa sekarang, perempuan bepergian seorang diri itu bukanlah hal yang aneh dan perlu ditakutkan lagi. Kata ibu saya, dia bukan hanya cemas akan keselamatan anak gadisnya, tapi juga khawatir akan anggapan orang lain tentang saya yang tidak betah di rumah.
2. Perjuangan saat ‘tamu bulanan’ datang
Terkadang, saat urusan kewanitaan yang satu ini datang, adalah saat yang paling asyik untuk bepergian. Alasannya? Bagi yang muslim, tidak perlu mengkhawatirkan soal waktu dan tempat sholat, jadi bisa maksimal menghabiskan waktu kesana-kemari.
Tapi sebenarnya, ada rasa tidak nyaman saat bergerak, khususnya pada hari-hari awal. Bukan hanya karena khawatir tembus sehingga mengurangi rasa percaya diri saat beraktivitas, tapi juga karena perlu sedikit usaha ketika nanti mencuci bawahannya. Belum lagi ditambah kram perut, ini bisa berpengaruh pada emosi, sehingga malas beraktivitas.
3. Penampilannya selalu saja dikomentari orang
Ketika seorang perempuan mengenakan pakaian sedikit terbuka, misalnya tanktop atau celana pendek, ada saja yang menganggapnya mengumbar atau mencari perhatian. Padahal, yang mengenakannya tidak punya maksud apa-apa, hanya memakai apa yang menurutnya nyaman, dan itu pun bukan di tempat khusus, seperti tempat ibadah atau gedung pemerintah.
Tapi, kita memang tidak bisa mengontrol pikiran orang, kan? Kalau sudah begini, jalan keluarnya adalah tidak peduli atau mengganti pakaian. Makanya, walaupun pergi ke daerah pantai atau saat musim panas, baju lengan panjang dan celana panjang harus tetap dibawa.
Di lain pihak, karena kebiasaan traveling yang sering mengenakan celana, kaos, dan cuek soal penampilan, banyak yang berpikiran backpacker perempuan adalah cewek tomboy dan urakan. Sebagian mungkin memang ada yang tomboy, tapi banyak kok, traveler cewek yang peduli penampilan dan berpakaian modis di kesehariannya. Hanya saat berpetualang saja mereka tidak mau ambil pusing soal dandanan.
4. Selalu diribetkan soal bawaan
Ketika merencanakan ke sebuah destinasi, biasanya sering diikuti dengan bayangan kostum apa saja yang akan dikenakan: pakaian siang, pakaian malam, dan pakaian tidur, lengkap dengan aksesorinya. Akibatnya, sering ada tindakan antisipasi dengan menyelipkan barang tambahan, misalnya sudah membawa jaket, tapi masih merasa perlu membawa cardigan atau syal, belum lagi yang mengenakan jilbab, harus matching dengan kostum yang dikenakan.
Ditambah lagi soal perintilan, seperti krim perawatan wajah dan kulit, serta pembalut bagi yang berjaga-jaga menyambut kedatangan ‘tamu bulanannya’, karena walaupun kucel selama traveling, sebisa mungkin tidak merusak keremajaan kulit. Bawaan ‘kecil-kecil’ ini biasanya memerlukan ruang sendiri sehingga menambah muatan tas, dan kalau tertinggal, bisa menurunkan mood jalan-jalan.
5. Salah satu masalah besar: buang air
Ini nih, aktifitas sehat yang terkadang bikin kesal saat di perjalanan. Ketika buang air kecil, seorang perempuan memerlukan tempat tertutup dan tenang. Selain itu, orang dari negara lain mungkin nggak masalah buang air hanya dengan bermodalkan tisu, tapi kita, cewek Indonesia, pasti merasa belum bersih kalau belum tersentuh air. Dengan alasan inilah, air atau tisu basah menjadi benda yang wajib saya bawa saat bepergian.
6. Mudah dihinggapi perasaan khawatir akan orang jahat
Waspada terhadap orang dan lingkungan baru sebenarnya bukan hanya untuk traveler cewek saja, tapi perempuan terkesan lebih rentan diusik. Perasaan inilah, terkadang, yang menghantui saya saat melakukan perjalanan seorang diri, khususnya pada malam hari. Alhasil, saya selalu susah terlelap kalau sedang terpaksa bermalam sendirian di tempat umum.
Sebagai tindakan waspada, saya memilih mempercayai insting ketika berhadapan dengan orang yang baru dikenal. Seperti misalnya ketika di kereta dari Hat Yai menuju Kuala Lumpur, saya ditegur oleh seseorang yang mengaku sering ke Indonesia begitu tahu itu negara asal saya. Setelah ngobrol, dia menawarkan kamar mandi penginapannya di Kuala Lumpur untuk saya gunakan karena tahu saya butuh mandi. Kami sama-sama dari Bangkok kemarin sore, dan baru besok pagi tiba di KL Sentral, jadi sudah dua hari saya belum mandi, entah dia. Karena merasa aneh dengan tawaran tersebut, langsung saya tolak secara halus, dan segera menghindar. Untunglah kami tidak duduk berdekatan sehingga saya tidak perlu bertemu lagi dengannya hingga kereta tiba di stasiun akhir. Dan ternyata, ada kamar mandi umum di KL sentral.
Adakah traveler cewek yang merasakan hal yang sama seperti di atas? Atau bahkan punya pengalaman lain? Share di kolom komentar ya!