Tipe - tipe Orang yang Saya Temui di Kereta Api Ekonomi
1. Tipe penikmat pemandangan
Seorang pria dengan kacamata bingkai tebal duduk menghadap jendela. Saya menyapanya. Dia menengok, tersenyum tipis, dan memandang jendela kembali.
'Wah, cuaca sangat panas ya,' saya berusaha mengajak mengobrol. Lagi-lagi dia hanya tersenyum tipis.
Saya menyerah. Mungkin pemandangan tembok-tembok pembatas dan perumahan kumuh diluar lebih menarik baginya daripada mengobrol dengan saya.
2. Tipe penasehat
Saya baru saja meletakan pantat di kursi, seorang pria paruh baya berbaju motif militer menegur saya.
'Lain kali kalau lewat depan orang tua yang sopan Mas,nunduk jalannya' Saya hanya tersenyum kecut sembari meminta maaf. Saat itu saya membawa 2 buah tas besar, dan beberapa aksesoris kamera, seperti slider dan glide cam, berjalan biasa saja cukup susah, apalagi jalan menunduk.
Saat duduk, si pria bercerita tentang kelakuan anak muda sekarang yang tak kenal sopan santun. Tiap hari hanya memandang layar gadgetnya, tak pernah belajar tata krama. Selain itu obrolan tentang pergaulan bebas, para pemuda pecandu narkoba, anak SMA hobi tawuran, semua tuntas dikupas pria tersebut.
Nada bicara dan tatapan matanya seolah saya juga melakukan semua kejahatan yang dilakukan anak-anak muda itu. Saya hanya mengangguk-angguk, tak berniat membantah sama sekali.
Saya pernah dengar tata krama tentang,' jangan potong omongan orang tua'.
3. Tipe orang dermawan
Orang seperti ini membagi apapun yang dia punya. Perjalanan ke Malang dari Solo, saya duduk di depan ibu berjilbab putih, dengan umur kira-kira 40-an tahun.
Dia membuka bekal makaannya. Kue isi cokelat ukuran besar. Tanpa bicara apa-apa dia membagi kue menjadi 2 bagian, dan memberikan 1 bagiannya pada saya. Langsung memberikan, bukan hanya menawarkan. Saya tak dapat menolaknya. Saya mengucap terima kasih. Kami akhirnya mengobrol setelah dari awal hanya saling diam.
'Saya mau ketemu anak saya, kuliah di Malang, seumuran Mas,' jawab si Ibu saat saya tanyakan alasannya ke Malang.
Dia mengeluarkan semua bekal makannya, kue-kue ukuran besar, yang saya tahu dari merknya harganya cukup mahal. Bahkan beberapa kue bukan hanya dibaginya tapi diberikan seluruhnya untuk saya.
Tipe orang yang mungkin hanya bisa ditemukan di Indonesia.
4. Tipe backpacker sejati
Saat transit di stasiun Tegal, 2 pria dengan tas ransel besar di punggung memasuki kereta dan duduk di bangku depan saya. Seorang yang bertubuh gempal mengenakan sepatu hiking, sementara seorang lagi yang berbadan kurus hanya mengenakan sandal. Saya menyapa dan bertanya tujuan mereka.
Pria bertubuh kurus menjawab mereka kan melakukan ekspedisi berkeliling Jawa menggunakan kereta. Biaya yang mereka bawa hanya cukup untuk biaya perjalanan, untuk makan dan menginap mereka mengandalkan bekal yang dibawa, jika kurang mereka berniat mencarinya di hutan.
'Kami hanya ingin mencoba, dimana batas kami,' tambah si pria betubuh gempal.
Sya hanya geleng-geleng kepala mendengar cerita tersebut. Luar biasa tekad mereka.
5. Tukang tidur
Orang tipe ini paling sering saya temui dalam perjalanan. Dari awal perjalanan hingga di tiba di tujuan orang seperti ini tidur pulas, menggenakan headset, dan menutup muka dengan tas ataupun penutup kepala.
6. Tipe aktivis
Pemuda didepan saya masih terus mengoceh. Dia bercerita merupakan mahasiswa salah satu universitas negeri di Jakarta.
'Indonesia sekarang kacau Mas. Korupsi dimana-mana,' Dia bercerita dengan berapi-api.
'Kita harus turun kejalan mas, Indonesia harus berubah,' dia masih terus mengoceh.
Saya hanya diam dan bertopang dagu mendengarkan orasinya.