Traveling Akan Mengubahmu Menjadi Seorang yang Lebih Baik
Saya tahu judul diatas mungkin terdengar arogan, sok, atau semacamnya, seolah saya telah menjadi orang yang baik. Atau bahkan terdengar seolah 'traveling' begitu sakral, mampu mengubah apapun. Tujuan dari tulisan ini bukan untuk mengatakan betapa menakjubkannya bepergian ke suatu tempat tersembunyi di dunia atau tujuan seperti: jika kamu traveling lebih sering maka hidupmu akan lebih bahagia dan sehat. Meski berdasar penelitian pernyataan-pernyataan tersebut benar.
Tapi tidak, tulisan ini adalah tentang bagaimana sebuah pengalaman perjalanan -tidak peduli bagaimana cara kita melakukannya atau kemana kita pergi- akan mengubah kita.
Baik, kembali ke pernyataan retoris saya di atas, 'traveling akan mengubah diri kita menjadi lebih baik'. Benarkah?
1. Menjadi lebih cerdas
Saya sekarang menyadari bahwa ilmu benar-benar ada dimanapun, dan kita terima kapanpun, tiap detik, menit, jam, hari. Proses pembelajaran - bukan hanya tentang fakta-fakta baru dan angka, tetapi semacam lebih pada hubungan interpersonal dan perkembangan intelektual - terjadi ketika kita bepergian.
Baik itu saat open trip -saya belajar hal baru dari teman opentrip saya asal Gorontalo saat berada di Karimunjawa, mereka mengeluarkan decakan 'ck' saat berkata 'tidak'-, saat solo traveling ke Museum Ullen Sentalu -coba datangi museum tersebut di Kaliurang, belajar sejarah dengan cara menyenangkan-, atau bahkan hanya dengan sekadar berbicara dengan teman-teman baru, selalu ada ilmu baru.
Kita akan selalu mendapat ilmu baru. Itu (ilmu) adalah pencarian seumur hidup. Dan hal-hal baru tak disangka yang akan saya dapat ketika traveling adalah salah satu alasan utama mengapa saya selalu sangat bersemangat saat akan memulai perjalanan baru.
2. Menjadi lebih sabar dan menghargai arti sebuah pertemuan
Bohong jika saya mengaku saya tak punya sisi egois, tapi traveling membantu menekan sisi negatif tersebut dari diri saya.
Saya seorang yang suka semua berjalan serba cepat. Ketika sering berinteraksi dan berkumpul dengan orang-orang yang menjalani hidup dengan 'tempo lambat', traveling telah membuat saya jauh lebih sabar dan bahkan lebih toleran.
Di Dieng, dengan menggigigil dalam suhu -2 derajat celcius di bulan Juli, pernah saya menghabiskan waktu 2 jam bersama warga lokal, hanya untuk duduk santai menikmati kopi dan tempe goreng sembari mengobrol banyak hal. Hal yang pada awalnya saya anggap 'hal buang-buang waktu', saya lebih memilih menyelesaikan pekerjaan saya lebih cepat dan pulang cepat untuk tidur, daripada duduk santai bersama para tetangga.
Tapi kini saya paham, bahwa berkumpul dan bercengkrama santai dengan orang-orang dekat sangat penting.
Satu kalimat dari mereka yang cukup mengena: "Saat meninggal, yang akan mengurus semuanya adalah tetangga-tetangga dan keluargamu, semua teman kerjamu hanya datang sesaat dan kembali ke kantor untuk bekerja".
Ya mereka mengajari saya untuk menghargai tiap pertemuan dengan orang-orang dekat kita dan lebih menikmati hidup. Kata mereka 'Ojo grusa-grusu'.
3. Saya lebih menghargai rasa 'takut'
Takut adalah hal baik. Sekarang saya percaya itu. Tak usah percaya dengan orang yang berkata,"jangan takut!".
Takut membuat kita lebih waspada.
Mengunjungi tempat-tempat baru membantu kita menaklukkan ketakutan ini, untuk mendorong kita menjadi lebih percaya diri. Traveling juga memberikan kita kemampuan untuk menghadapi ketakutan. Untuk beberapa alasan banyak orang memakai 'topeng' keberanian ketika mereka pergi berlibur dan mencoba hal-hal yang mereka tidak akan pernah melakukan di rumah.
Saya mengalami hal ini sering, seperti waktu saya seorang yang fobia ketinggia, saat berada di Nusa Dua Bali memutuskan untuk mencoba paralayang yang ditarik kapal cepat. Sampai sekarang saya masih tidak percaya saya mau melakukannya dan saya pikir saya benar-benar tidak ingin melakukannya lagi.
Tetapi yang tak bisa dipungkiri, kenyataannya adalah bahwa saya melakukannya sekali!
Saya menghadapi ketakutan saya dan benar-benar membuat 'perubahan' dalam hidup.
4. Saya lebih sehat!
Ya, itu benar, perjalanan membantu kita menjadi orang yang sehat. Penelitian telah menunjukkan seluruh manfaat termasuk risiko lebih rendah terkena penyakit jantung dan kematian koroner pada orang yang rutin berwisata.
Berwisata membantu kita rileks dan tenang.
Dan juga, studi yang sama juga menunjukkan persentase yang lebih rendah dari tingkat depresi antara orang-orang yang melakukan perjalanan dibanding yang tidak. Bagaimana kita tidak menjadi orang yang sehat dan bahagia? Kita bertemu banyak orang baru di luar sana, belajar banyak hal baru, merasakan bahwa dunia ternyata masih dipenuhi orang baik. Dibanding daripada kita seharian menghadap layar komputer, membuka sosmed dan melihat orang-orang saling serang, melaukan pencitraan, membagikan masalah hidupnya -percayalah, kamu harus coba mengurangi konsumsi pemakaian facebook.
Tak percaya traveling berefek langsung pada kesehatan? Coba dan rasakan sendiri.