Ini yang Wajib Dipersiapkan Sebelum Trekking ke Annapurna, Nepal
Tak terpungkiri bahwa iklim wisata saat ini mulai berubah, bila dahulu kita lebih senang berwisata untuk memanjakan diri dengan segala fasilitas dan kemutakhiran yang ada, saat ini hal tersebut mulai bergeser. Traveler menjadi lebih senang berwisata ke tempat yang menantang dan jauh dari kata moderen atau istilahnya adalah kembali kepada alam. Gunung, pantai, goa, sungai dan wisata alam lainnya merupakan destinasi favorit di kala musim libur tiba saat ini.
Annapurna Base Camp (ABC) merupakan jalur pendakian gunung kedua terpopuler di Nepal, tentunya setelah Everest. Walau demikian ABC tercatat sebagai jalur yang paling banyak didaki setiap tahunnya di Nepal. Hampir bisa dipastikan bahwa gunung pertama yang didaki oleh traveler yang pertama kali datang ke Nepal adalah Annapurna. Banyak pendaki dari penjuru dunia berangan agar bisa menjajal jalur pendakian yang berada di dalam kompleks Himalaya ini, tak terkecuali dengan traveler asal Indonesia.
Di Indonesia sendiri ABC mendadak melejit setelah meledaknya buku Titik Nol karya Agustinus Wibowo yang menceritakan tentang petualagannya di gunung yang indah ini.
Selain tak bisa berpisah dengan kata indah, ABC pun dikenal sebagai jalur pendakian yang relatif ramah meski jarak tempuhnya sangat panjang yakni untuk antar 60-80 Kilometer, tergantung dari jalur yang dipilih.
Di sini kita tak perlu repot membawa tenda dan segala perlengkapan kemah lainnya karena kita akan menemui tea house (penginapan) di tiap desa yang kita lewati sepanjang pendakian. Walau demikian haram hukumnya menganggap remeh pendakian ini, persiapan matang tak pernah boleh dilupakan apabila kita akan mendaki gunung manapun, tanpa terkecuali.
Adapun beberapa hal kecil yang harus dipersiapkan sebelum kita trekking ke Annapurna
1. Waktu terbaik berburu tiket promo ke Kathmandu
Tentu saja tiket pesawat merupakan kunci gerbang untuk masuk ke dalam negeri para pendaki ini. Letak geografis yang berjauhan dan entah terpisah oleh lautan beberapa negara memaksa para traveler dari Indonesia harus terbang untuk menuju Nepal. Kecuali apabila sedang kebetulan traveling di Negara tetangganya seperti India, Tibet dan Bhutan kita bisa langsung masuk ke negeri ini melalui jalur darat, dan mengurus visa yang bisa di dapat ketika kita sampai di perbatasan negara tersebut atau disebut juga Visa on Arrival (VOA).
Tiket pesawat dari Jakarta menuju Kathmandu bisa dibilang relatif mahal untuk ukuran penerbangan di Asia. Namun, Anda tak perlu khawatir memikirkannya. Selalu ada jalan untuk menggapai sesuatu apabila kita memiliki kesabaran yang kuat. Biasanya pada pertengahan tahun, maskapai yang melayani rute penerbangan Jakarta-Kathmandu rutin menjual tiket promo untuk penerbangan di bulan Januari-Februari. Jadi rajin-rajinlah memantau tiket promo ini!
2. Siapkan cuti panjang, atau trekkinglah saat libur panjang
Untuk trekking ke Annapurna setidaknya kita membutuhkan waktu minimal 5 – 10 hari, tergantung dari kecepatan dan daya tahan tubuh masing-masing traveler. Katakan saja kalian mampu menyelesaikan trekking selama 7 hari, maka waktu libur minimal yang diperlukan adalah sekitar 13 hari.
Berikut simulasinya :
Hari 1 : Jakarta – Kathmandu
Hari 2 : Mengurus Trekking Permit, mencari tiket bus menuju Pokhara
Hari 3 : Menuju Pokhara, eksplore Pokhara
Hari 4 : Menuju pos pertama pendakian Phedi atau Nayapul, Treking 7 hari
Hari 11 : kembali ke Pokhara, mencari tiket bus menuju Kathmandu
Hari 12 : Kembali ke Kathmandu
Hari 13 : Kembali ke Jakarta
3. Trekking permit
Ini adalah yang terpenting ketika para traveler ingin mendaki gunung-gunung yang ada di Nepal. Para calon pendaki khususnya yang berkewarganegaraan selain Nepal wajib memiliki trekking permit alias surat izin untuk mendaki gunung.
Khusus untuk Annapurna, trekking permit ini bisa didapatkan di kantor Tourism Board yang berada di Kathmandu maupun Pokhara.
Yang harus dijadikan catatan penting adalah Anda harus memiliki 2 buah surat untuk memasuki pegunungan-pegunugan di Nepal yang sebagian besar dijadikan kawasan konservasi, yang pertama adalah Trekking Permit atau surat izin untuk mendaki gunung-gunung yang ada di Nepal, dan yang kedua adalah surat izin memasuki kawasan konservasi, pada kasus ini adalah Annapurna Sanctuary.
Jangan sampai Anda hanya memiliki satu surat saja atau bahkan tak memiliki keduanya. Selain alasan keamanan, Anda pun akan diganjar denda di pos pemeriksaan apabila kedapatan tidak memiliki kedua surat keramat tersebut.
4. Pakaian hangat dan rain coat
Tentu hal ini adalah suatu hal yang tidak pernah boleh ketinggalan, cuaca di gunung ini mudah sekali berubah. Kita tidak tahu bahwa malam akan menjadi sangat dingin padahal siang harinya cuaca sangat terik, atau bahkan di siang yang sangat terik bisa tiba-tiba turun hujan yang sangat deras. Maka sebaiknya jadikanlah jaket dan jas hujan sebagai sahabat perjalanan kalian di kala mendaki gunung ini.
Walau memang butuh usaha lebih untuk membawa pakaian hangat dan rain coat yang relatif tidak ringan dan akan memakan porsi besar dalam tas kita.
5. Baterai kamera cadangan
No picture sama dengan hoax, itulah dogma yang berkembang pada masyarakat saat ini, dan ini berlaku umum tidak hanya terjadi di Indonesia.
Terkadang hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi para traveler yang sedang bepergian. Kita jadi kerap kali sibuk untuk mengambil gambar ketimbang menikmati alam dan bersosialisasi dengan orang yang kita temui. Kita takut bahwa cerita kita hanya kicauan belaka apabila kita tidak menunjukan gambar dari apa yang kita ceritakan tersebut.
Itu wajar, namun bukan hal itu menjadi alasan mengapa kita perlu membawa baterai kamera cadangan kala sedang melaksanakan tugas agung ini. Alasan sebenarnya karena memanglah menarik untuk mengabadikan segala momen yang kita dapati, segala keunikan yang mungkin hanya akan kita temui sekali dalam seumur hidup selama kita trekking ke Annapurna ini.
Suhu alami yang dingin menjadi faktor utama yang mengakibatkan baterai kamera cepat habis. Karena ini pegunungan, maka tempat persinggahan-persinggahan yang sudah sangat jauh dari akses menuju kota akan menarik tarif apabila kita mengisi ulang baterai. Kita harus membayar sejumlah uang yang tidak kecil nominalnya kepada pemilik tea house (penginapan) yang kita singgahi, dan semakin tinggi desa tersebut berada maka harga yang dipatoknya pun akan semakin mahal. Terbayang bukan apabila kita harus mengisi baterai di tiap perhentian, mungkin jumlahnya akan sebanding dengan harga dari baterai kamera kita. Dan tentunya tak mau juga bukan kita menjadi kehilangan mood karena kamera kita habis baterai disaat kita ingin mengabadikan momen yang ada.
6. Manfaatkan water heater portable
Selain murah dan mudah untuk dibawa kemana-mana, alat “ajaib” ini adalah penolong dari segala pilu yang dirasakan oleh dompet kita.
Di awal-awal pendakian, rata-rata tea house yang ada di desa yang kita lewati masih memberikan fasilitas listrik gratis kepada para tamunya yang menginap di sana. Tentunya hal ini harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin. Mulai dari mengisi ulang baterai ponsel sampai kamera sebaiknya kita lakukan di sini. Lakukan apapun yang masih bisa kita dapatkan secara gratis sebelum kita harus membayar untuk fasilitas tersebut. Termasuk memasak air hangat menggunakan water heater portable ini, dengan demikian kita bisa menekan pengeluaran kita misalnya dengan memasak sup atau mie instan, kopi, teh, coklat untuk sarapan atau maupun mengisi perut yang keroncongan di malam hari setelah berjalan dan menguras tenaga di hari itu.
7. Konsumsi garlic soup instant dan coklat
Ketinggian yang rata-rata berada di atas 3000 MDPL, suhu dingin yang belum pernah kita dapatkan di Indonesia dan konsentrasi oksigen yang rendah kerap kali membuat tubuh kita rentan terserang penyakit yang bernama Altitude Mountain Sickness (AMS).
Dalam kondisi ini penderita AMS akan merasa pening, mual, muntah-muntah bahkan yang terburuk adalah hilang kesadaran. Peranan dari garlic soup atau sup bawang putih selain untuk menjaga stabilitas dari isi dompet kita, juga memiliki fungsi yang lebih penting yakni menjaga daya tahan tubuh kita selama mendaki, warga lokal mempercayai bahwa bawang putih adalah obat mujarab untuk mengahadang dan mengobati AMS. Dan ini memang terbukti.
Coklat memiliki peran ganda di dalam pendakian ini yang pertama adalah sebagai penambah tenaga yang bisa kita dapat dari kandungan glukosa-nya dan yang kedua adalah sebagai pengontrol mood. Tak dapat dipungkiri bahwa mendaki gunung adalah salah satu bentuk kegiatan yang berada di luar comfort zone, di sini kita bisa menemukan berbagai hal yang bisa merusak mood kita. Dan coklat adalah obatnya! Secara ilmiah coklat sudah terbukti memberikan sensasi nyaman dan kebahagiaan kepada yang memakannya.
8. Purify water
Air merupakan elemen terpenting dari sebuah pendakian, seringkali kita tidak sadar bahwa kita mengalami dehidrasi ketika mendaki gunung yang dingin. Tentu ini sangat berbahaya.
Di Annapurna sendiri pada ketinggian tertentu tepatnya setelah Desa Chomrong, ada peraturan yang menegaskan bahwa air mineral kemasanan dilarang dijual. Yang artinya para pendaki hanya bisa membeli air minum yang konon telah difilter dan disediakan oleh warga lokal. Di sinilah purify water berperan untuk membunuh bakteri yang ada di air tersebut tentunya untuk mencegah kita mengalami gangguan pencernaan. Tak terbayangkan bagaimana menderitanya kita apabila mengalami gangguan pencernaan di saat trekking ke Annapurna.
Atau kita juga bisa langsung mengambil air dari mata air yang disalurkan melalui pipa karena air yang warga lokal jual pun berasal dari sumber yang sama yakni air gunung yang notabene bebas polusi, dan tentunya kita tak perlu membayar mahal untuk sebotol air minum saja, karena sumber air sebenarnya sangat berhamburan di jalur pendakian ABC ini.
Baca juga:
- Jasad Pendaki Gunung Himalaya yang Telah Melegenda, Ditemukan Setelah 16 Tahun Hilang
- Mendaki Gunung Dengan Tingkat Kemiringan 90 Derajat di Mount Hua China
- Gunung Everest Dicoret-coret, Otoritas China di Tibet Berlakukan Sistem Blacklist Turis!
- Junko Tabei, Pendaki Wanita Pertama yang Mencapai Puncak Tertinggi Dunia
- 10 Film Pendakian yang Mengajarkan Bahwa Pendakian Tak Hanya Tentang Puncak