Kumpulan Foto Ini Menunjukkan Perubahan Ranu Kumbolo dari Masa ke Masa
Ranu Kumbolo merupakan sebuah tempat impian hampir di semua kalangan Pendaki Gunung. Keindahannya memang menjadi magnet tersendiri untuk didatangi dari berbagai daerah. Terlebih ketika telah tertangkap dalam film 5cm, sebuah film layar lebar yang mengantarkan beragam jenis pendaki ke tempat ini.
Ranu berarti Kolam atau Danau, sehingga ketika kita menyebut Danau Ranu Kumbolo maka serasa kita menyebut seperti Sungai Ciliwung, dimana Ci berarti air atau sungai. Rasanya juga tetap aneh ketika kita menyebutnya dengan Danau Kumbolo, yang penting kita sudah paham apa yang dimaksudkan dalam konteks tersebut.
Bila kita melihat beberapa tahun sebelum Ranu Kumbolo menjadi sangat terkenal di kalangan pendaki seperti ini, pastilah tempat itu terlihat sangat tenang dan penuh mistis. Air yang jernih akan selalu memantulkan surai pagi saat mulai menyeruak di antara dua buah bukit pada sebelah timurnya. Temaram suara para pendaki pastilah saling bersua dan bersahut mesra dengan Ranu Kumbolo.
Ranu Kumbolo Zaman Kerajaan
Ada sebuah prasati yang disebut dengan Prasasti Ranu Kumbolo, dalam prasati yang diperkirakan dibuat pada tahun 1182 M tersebut menceritakan perjalanan menuju puncak semeru pada masa terebut. Pada jaman dahulu, ketinggian selalu dianggap dekat dengan dewa atau kekuatan spiritual. Mendaki gunung semeru pada masa itu dianggap sebagai perjalanan suci antara manusia dan dewa.
Prasasti tersebut tentu menjadi salah satu media informasi lintas abad yang mengungkap bahwa sebenarnya nenek moyang kita pada masa itu sudah memiliki kegiatan untuk mendaki gunung.
Baca juga : Ini Rute dan Jalur Pendakian Semeru
Foto Ranu Kumbolo Zaman Penjajahan
Para penjajah memiliki jiwa petualangan untuk mengujungi derah baru, untuk kemudian menjajahnya. Jaman penjajahan belanda dahulu juga bisa kamu ketahui juga ternyata kompeni-kompeni pada masa penjajahan ada yang gemar naik gunung juga.
Ranu kumbolo tentu saja masih terlihat hitam putih, karena belum ada film bewarna saa itu. Tapi masih bisa kita lihat bahwa pohon pinus yang ada pada saat itu masih nampak rimbun.
Dengan kondisi hutan pinus yang masih rimbun pada bagian atasnya, bisa kita tebak bahwa kualitas air dan debit di ranu kumbolo akan tetap stabil walaupun masih berada di musim kemarau.
Foto Ranu Kumbolo tahun 1990-2000an
Pada masa kemudahan memotret menggunakan kamera pocket yang masih beramunisikan film analog, foto-foto di tepian Ranu Kumbolo masih mampu memberikan gambaran betapa jernihnya air dan tenangnya suasana kala itu. Masa-masa tersebut merupakan masa transisi dari penggunaan kamera dengan film analog dan kamera digital.
Masih juga bisa dilihat shelter yang ada di sebelah ranu kumbolo, masih cukup untuk digunakan pendaki yang ada pada hari itu. Jumlah pendaki jaman dahulu yang tidaklah terlalu banyak memang memberikan situasi yang lebih tenang dan syahdu dalam pendakian.
Foto Ranu Kumbolo dari Satelit
Bila kamu memiliki aplikasi google earth versi 5 atau yang lebih baru, kamu bisa menggunakan fitur timeline yang memungkinkan untuk bisa melihat kondisi suatu daerah berdasarkan citra satelit yang pernah direkam.
Bila kita lihat daerah Ranu Kumbolo di google earth, maksimal paling lama adalah citra pada tahun 2004, lebih tua dari itu tidak ditemukan data akan lokasi ranu kumbolo. Ranu Kumbolo tidak masuk ke dalam daerah prioritas untuk di rekam perubahannya.
Bila kita perhatikan di bagian area camping ground, pada tahun 2004 hingga tengah 2012 masih terlihat sepi. Namun pada tahun selanjutnya sudah mulai terlihat titik-titik bewarna yang menandakan kehadiran tenda dalam jumlah yang tidak sedikit.
Perubahan warna air di Ranu Kumbolo dalam citra satelit tersebut dikarenakan oleh kalibrasi data citra yang tidak sama pada masing-masing waktu perekaman oleh satelit.
Ranu Kumbolo Apakah (Masih) Dirindukan?
Entah memang karena efek dari film 5 cm atau memang kemudahan dalam unjuk gigi di media sosial, namun pengunjung ke Gunung Semeru yang melintasi Ranu Kumbolo hampir tidak bisa terbendung, Kuota harian yang dibatasi 200 orang juga rasanya masih belum bisa menjaga kelestarian Ranu Kumbolo.
Penutupan jalur pendakian pasca tahun baru hingga beberapa saat mungkin masih menjadi solusi terbaik untuk pemulihan ekosistem walaupun hanya bertahan beberapa bulan saja. Setelah jalur pendakian kembali dibuka maka tetap saja ekosistem kembali terancam.
Tidak semua pendaki paham bagaimana air bisa mengalir dan bertahan di ranu kumbolo, sehingga masih banyak yang belum tahu cara menjaga kebersihan di sekitaran ranu kumbolo. Kamu bisa melihat dari meme dari @urban.hikers berikut ini :
Semakin banyak manusia yang mengujungi ke suatu tempat, maka semakin terancamlah tempat tersebut. Sayangnya Ranu Kumbolo hanyalah sebuah danau yang menyajikan keindahan serta ketersediaan air untuk para pendaki. Andaikan saja Ranu Kumbolo menyajikan free WiFi, mungkin semua sebagian besar pendaki akan merawatnya.
Semoga kedepannya Ranu Kumbolo akan tetap dan semakin lestari dengan beragam kebijakan dari pihak pengelola TNBTS dan semakin banyak para pendaki gunung semeru yang semakin sadar akan kebersihan dan kelestarian alam.
Salam lestari!